- Back to Home »
- BrainImaginary , RodeonInk , Wonderland »
- Nyanyian Kunang-kunang Dalam Badai (Part 2 Final)
Posted by : Anonim
Senin, 25 Juni 2012
Malam semakin larut sejak Alice di tinggalkan oleh Nelo kaka nya di sebuah rumah tua terawat yang berada di tengah padang rumput yang hanya dapat di temukan jika dapat menembus hutan Numerus yang di kenal tak dapat tertembus oleh siapapun selain orang berdarah Eizvonberg
Alice masih berada di halaman rumah itu, menatapi dari mana ia dan utusan kaka nya membawa nya sebelum akhir nya menghilang dan meninggalkan nya sendiri dengan sebuah misi dengan perasaan yang sangat luar biasa kacau
"Aku harus menemukan Eiz, naga yang menjadi pelindung keluarga ku? bagaimana aku bisa menemukan nya? tau seperti apa saja aku sama sekali tidak"
Dalam kepolosan kekanakan nya Alice bernalar, sejujur nya dengan bertemu dengan yang seperti kaka nya itu sudah mengobati diri nya, namun seperti yang di pesankan kaka nya bahwa ia harus nemenukan Eiz dan menyelamatkan keluarga nya berserta kerajaan nya.
Mendadak mata Alice menjadi sangat berat, perlahan pandangan nya menjadi kabur dan semakin kabur sampai hampir tertutup, ia hampir menutup mata nya saat segerombolan yang tampak seperti kunang-kunang muncul mengerubungi nya dan Alice pun lepas dalam tidur nya
****
Tending hujan fajar itu perlahan membuat Alice membuka mata nya, yang ia sadari saat itu bahwa diri nya tidak lagi berada di padang rumput tempat ia di tinggalkan, ia berada di suatu tempat seperti goa yang cukup besar
"A? aku dimana?" Alice bertanya pada diri nya sendiri, ia mulai berdiri dan berjalan perlahan menyusuri goa itu, tempat itu sangat luas, bahkan Alice dapat menemukan sebuah kolam besar di dalam nya, air kolam itu berwarna ke'emasan
Beberpa lama ia berjalan, sebuah suara yang berasal dari dalam kolam seperti memanggil nya, secara tidak sadar Alice berjalan medekati suara itu, dan bak terkenal tabir ilusi ia terus berjalan walai air kolam itu sudah menyentuh dagu nya, terus berjalan sampai ia tenggelam
"Jantung sihir mu sudah terbuka sekarang, kau bisa keluar dari air, jika terlalu lama di situ kau pasti mati anak kecil" Suara itu kali ini berada jauh dari luar kolam, Alice pun terlepas dari tabir ilusi nya dan mulai berenang dengan agak panik menuju pinggir kolam.
sungguh sangat mengejutkan untuk Alice se'ekor naga besar berwarna putih besih dengan beberapa bagian yang berwarna ke'emasan berdiri di hadapan nya dengan wajah yang sangat ramah
"E..E...E....E....iz? Grandine Eiz?"
Naga itu menggangguk. Melihat itu Alice berjingkrak kegirangan tak di sangka seseorang yang harus nya ia cari malah menjeput nya dan langsung membukakan jantung sihir nya
"Tuan Eiz"
"Panggil saja Grandine, Eiz adalah nama keluarga, keluarga Eizvonberg, keluarga kita" Potong Naga itu
"Baiklah.. em .. Grandine, kalau jantung sihir ku sudah terbuka itu arti nya aku sudah menjadi seorang penyihirkan? arti nya aku dapat membantu kaka ku bertarung bukan?" Mulut Alice berbusa, kalimat demi kalimat ia ucapkan saat itu, ia berhenti saat melihat wajah ramah si naga berubah murung, melihat itu Alice merasa heran dan bertanya "Tuan Grandine kau tidak apa-apa?" Mendengar pertanyaan yang satu itu naga itu seperti terkoyak keluar dari lamunan nya dan segera bersikap wajar
"Tidak secepat itu, kita harus sedikit melakukan latihan bersama. jantung sihir mu mungkin akan mengalirkan kekuatan sihir tak terbatas kepada mu, namun kau setidak nya memerlukan latihan untuk sedikit dapat menggunakan itu" Jelas naga itu yang bersamaan mengisyaratkan Alice untuk mengikuti nya
Dengan cepat Alice memulai latihan nya, naga itu mengajari Alice banyak hal, dari membaca buku sihir, menciptakan benda benda dengan sihir termasuk ramuan dan naga itu juga mengajarkan teknik bertarung dengan sihir, ia sangat gembira saat selesai dengan sihir pertama nya, sihir api lalu ia terus belajar berbagai macam sihir dari si naga
Latihan yang di jalani Alice ternyata benar benar tidak sebentar, tidak terasa sudah satu tahun terlewat sejak pertama kali ia datang ke tanah itu tentu saja Alice beberapa kali menanyakan kepada mahluk magus paling kuat itu kapan mereka akan pergi dan naga itu selalu membuat pertanyaan Alice seakan tidak layak untuk di dengar. hal itu membuat Alice penasaran dan memutuskan untuk menembus hutan Numerus tanpa sepengatahuan naga si naga
"Grandine itu kenapa sih.. setiap aku bertanya soal kapan aku kembali ia pasti mengalihkan pembicaraan.. aku sudah menguasai hampir seluruh dari sihir milik Grandine, dengan itu aku pasti bisa menyelesaikan semua nya"
Lama Alice berjalan menyusuri hutan Numerus tapi ia belum juga nememukan desa Stellar, padahal seingatnya Nelo kaka nya hanya berlari sedikit untuk mencapai pintu masuk hutan dan hanya berlari beberapa jauh untuk berakhir di padang rumput itu, namun setidak tidak nya Alice belum menemukan sesuatu seperti cahaya di hutan itu yang arti nya perjalanan nya masih sangat sangat jauh
****
Mengejutkan, sudah beberapa hari ia berjanan, Alice tidak ingin menyerah namun tubuh nya sudah kalah, ia bersandar kesebuah yang ia rasa adalah sebuah pohon besar dan tertidur karna kelelahan
"Alice..."
"Alice.."
"Larilah..."
"Teruslah hidup.."
"Alice ayo lari.."
"Selamatkan diri mu.."
"Wuah.. Mimpi... Hanya mimpi... Astaga semoga hal seperti itu tidak terjadi di kerajaan Regnen" Alice masih bersandar di pohon besar itu, fikiran nya tidak karuan, mimpi mimpi buruk seperti itu akhir akhir ini selalu ia alami, membuat nya sedikit terguncang
tak jauh dari nya, sebuah titik titik cahaya bermunculan dari berbagai arah, titik titik itu semakin banyak di sekitar Alice, menciptakan sebuah penerangan untuk nya
"Kunang kunang?... wah benar mereka kunang kunang, tapi bagaimana ada kunang kunang di daerah yang selalu terguyur hujan?" Sebelum banyak pertanyaan lagi muncul dari mulit nya sendiri ia terkejut, sesuatu yang menjadi sandaran nya adalah sebuah kaki.. kaki naga.. kaki milik Grandine Eiz
"Grandine? kenapa kau ada di sini?" Tanya Alice
"Aku hanya khawatir dengan mu Alice" Jawab si naga
"Kau ingin memintaku untuk kembali ke sana kan? tidak.. aku harus kembali ke desa Stellar, aku harus menyelamatkan semua nya" Hardik Alice dengan keras, itu membuat Grandine si naga sedikit merasa sakit namun rupa nya ada hal yang lebih menyakitkan dari pada itu
"Aku tidak perlu memintamu kembali ke sana, ke padang numerus, atau ke goa ku, sama sekali tidak" Grandine berbicara dengan mata yang di palingkan dari wajah Alice, ia yakin bahwa yang akan di katakan nya akan sangat melukai hati Alice
"Maksud mu?"
"Aku akan berterus terang kali ini.. kau tau kenapa orang yang membawa mu dapat dengan cepat sampai ke padang Numerus sedangkan kau sampai sekarang tidak dapat mencapai desa Stellar?"
"Tidak sama sekali" Jawab Alice, wajah nya mulai lebih serius
"Ia hanya melompati dimensi yang tak dapat ku lewati" Tukas si naga singkat
Sesuai dugaan Alice terguncang hebat, Alice sudah banyak belajar sihir, kali ini jika ia mengatakan nya saat ini pasti Aice akan mengerti, menyadari bahwa kaka nya membuat sebuah jalan untuk menyelamatkan hidup nya dengan menyebrangi dimensi yang bahkan tidak dapat di tembus oleh se'ekor naga membuat nya hancur
"Tidak..."
Grandine hanya diam, matanya menangkap setiap Alice yang sedang menjerit jerit di depan nya, Alice yang tidak akan pernah kembali ke desa nya, ke dunia nya, kemudian para peri berwujud kunang kunang penghuni Numerus bermunculan dan mendekap Alice, ribuan dari mereka membuat Alice terbungkus cahaya.
Alice kembali tertidur, dan hujan tetap turun, air mata nya mengalir dalam nyanyian para kunang kunang.
-End
Alice masih berada di halaman rumah itu, menatapi dari mana ia dan utusan kaka nya membawa nya sebelum akhir nya menghilang dan meninggalkan nya sendiri dengan sebuah misi dengan perasaan yang sangat luar biasa kacau
"Aku harus menemukan Eiz, naga yang menjadi pelindung keluarga ku? bagaimana aku bisa menemukan nya? tau seperti apa saja aku sama sekali tidak"
Dalam kepolosan kekanakan nya Alice bernalar, sejujur nya dengan bertemu dengan yang seperti kaka nya itu sudah mengobati diri nya, namun seperti yang di pesankan kaka nya bahwa ia harus nemenukan Eiz dan menyelamatkan keluarga nya berserta kerajaan nya.
Mendadak mata Alice menjadi sangat berat, perlahan pandangan nya menjadi kabur dan semakin kabur sampai hampir tertutup, ia hampir menutup mata nya saat segerombolan yang tampak seperti kunang-kunang muncul mengerubungi nya dan Alice pun lepas dalam tidur nya
****
Tending hujan fajar itu perlahan membuat Alice membuka mata nya, yang ia sadari saat itu bahwa diri nya tidak lagi berada di padang rumput tempat ia di tinggalkan, ia berada di suatu tempat seperti goa yang cukup besar
"A? aku dimana?" Alice bertanya pada diri nya sendiri, ia mulai berdiri dan berjalan perlahan menyusuri goa itu, tempat itu sangat luas, bahkan Alice dapat menemukan sebuah kolam besar di dalam nya, air kolam itu berwarna ke'emasan
Beberpa lama ia berjalan, sebuah suara yang berasal dari dalam kolam seperti memanggil nya, secara tidak sadar Alice berjalan medekati suara itu, dan bak terkenal tabir ilusi ia terus berjalan walai air kolam itu sudah menyentuh dagu nya, terus berjalan sampai ia tenggelam
"Jantung sihir mu sudah terbuka sekarang, kau bisa keluar dari air, jika terlalu lama di situ kau pasti mati anak kecil" Suara itu kali ini berada jauh dari luar kolam, Alice pun terlepas dari tabir ilusi nya dan mulai berenang dengan agak panik menuju pinggir kolam.
sungguh sangat mengejutkan untuk Alice se'ekor naga besar berwarna putih besih dengan beberapa bagian yang berwarna ke'emasan berdiri di hadapan nya dengan wajah yang sangat ramah
"E..E...E....E....iz? Grandine Eiz?"
Naga itu menggangguk. Melihat itu Alice berjingkrak kegirangan tak di sangka seseorang yang harus nya ia cari malah menjeput nya dan langsung membukakan jantung sihir nya
"Tuan Eiz"
"Panggil saja Grandine, Eiz adalah nama keluarga, keluarga Eizvonberg, keluarga kita" Potong Naga itu
"Baiklah.. em .. Grandine, kalau jantung sihir ku sudah terbuka itu arti nya aku sudah menjadi seorang penyihirkan? arti nya aku dapat membantu kaka ku bertarung bukan?" Mulut Alice berbusa, kalimat demi kalimat ia ucapkan saat itu, ia berhenti saat melihat wajah ramah si naga berubah murung, melihat itu Alice merasa heran dan bertanya "Tuan Grandine kau tidak apa-apa?" Mendengar pertanyaan yang satu itu naga itu seperti terkoyak keluar dari lamunan nya dan segera bersikap wajar
"Tidak secepat itu, kita harus sedikit melakukan latihan bersama. jantung sihir mu mungkin akan mengalirkan kekuatan sihir tak terbatas kepada mu, namun kau setidak nya memerlukan latihan untuk sedikit dapat menggunakan itu" Jelas naga itu yang bersamaan mengisyaratkan Alice untuk mengikuti nya
Dengan cepat Alice memulai latihan nya, naga itu mengajari Alice banyak hal, dari membaca buku sihir, menciptakan benda benda dengan sihir termasuk ramuan dan naga itu juga mengajarkan teknik bertarung dengan sihir, ia sangat gembira saat selesai dengan sihir pertama nya, sihir api lalu ia terus belajar berbagai macam sihir dari si naga
Latihan yang di jalani Alice ternyata benar benar tidak sebentar, tidak terasa sudah satu tahun terlewat sejak pertama kali ia datang ke tanah itu tentu saja Alice beberapa kali menanyakan kepada mahluk magus paling kuat itu kapan mereka akan pergi dan naga itu selalu membuat pertanyaan Alice seakan tidak layak untuk di dengar. hal itu membuat Alice penasaran dan memutuskan untuk menembus hutan Numerus tanpa sepengatahuan naga si naga
"Grandine itu kenapa sih.. setiap aku bertanya soal kapan aku kembali ia pasti mengalihkan pembicaraan.. aku sudah menguasai hampir seluruh dari sihir milik Grandine, dengan itu aku pasti bisa menyelesaikan semua nya"
Lama Alice berjalan menyusuri hutan Numerus tapi ia belum juga nememukan desa Stellar, padahal seingatnya Nelo kaka nya hanya berlari sedikit untuk mencapai pintu masuk hutan dan hanya berlari beberapa jauh untuk berakhir di padang rumput itu, namun setidak tidak nya Alice belum menemukan sesuatu seperti cahaya di hutan itu yang arti nya perjalanan nya masih sangat sangat jauh
****
Mengejutkan, sudah beberapa hari ia berjanan, Alice tidak ingin menyerah namun tubuh nya sudah kalah, ia bersandar kesebuah yang ia rasa adalah sebuah pohon besar dan tertidur karna kelelahan
"Alice..."
"Alice.."
"Larilah..."
"Teruslah hidup.."
"Alice ayo lari.."
"Selamatkan diri mu.."
"Wuah.. Mimpi... Hanya mimpi... Astaga semoga hal seperti itu tidak terjadi di kerajaan Regnen" Alice masih bersandar di pohon besar itu, fikiran nya tidak karuan, mimpi mimpi buruk seperti itu akhir akhir ini selalu ia alami, membuat nya sedikit terguncang
tak jauh dari nya, sebuah titik titik cahaya bermunculan dari berbagai arah, titik titik itu semakin banyak di sekitar Alice, menciptakan sebuah penerangan untuk nya
"Kunang kunang?... wah benar mereka kunang kunang, tapi bagaimana ada kunang kunang di daerah yang selalu terguyur hujan?" Sebelum banyak pertanyaan lagi muncul dari mulit nya sendiri ia terkejut, sesuatu yang menjadi sandaran nya adalah sebuah kaki.. kaki naga.. kaki milik Grandine Eiz
"Grandine? kenapa kau ada di sini?" Tanya Alice
"Aku hanya khawatir dengan mu Alice" Jawab si naga
"Kau ingin memintaku untuk kembali ke sana kan? tidak.. aku harus kembali ke desa Stellar, aku harus menyelamatkan semua nya" Hardik Alice dengan keras, itu membuat Grandine si naga sedikit merasa sakit namun rupa nya ada hal yang lebih menyakitkan dari pada itu
"Aku tidak perlu memintamu kembali ke sana, ke padang numerus, atau ke goa ku, sama sekali tidak" Grandine berbicara dengan mata yang di palingkan dari wajah Alice, ia yakin bahwa yang akan di katakan nya akan sangat melukai hati Alice
"Maksud mu?"
"Aku akan berterus terang kali ini.. kau tau kenapa orang yang membawa mu dapat dengan cepat sampai ke padang Numerus sedangkan kau sampai sekarang tidak dapat mencapai desa Stellar?"
"Tidak sama sekali" Jawab Alice, wajah nya mulai lebih serius
"Ia hanya melompati dimensi yang tak dapat ku lewati" Tukas si naga singkat
Sesuai dugaan Alice terguncang hebat, Alice sudah banyak belajar sihir, kali ini jika ia mengatakan nya saat ini pasti Aice akan mengerti, menyadari bahwa kaka nya membuat sebuah jalan untuk menyelamatkan hidup nya dengan menyebrangi dimensi yang bahkan tidak dapat di tembus oleh se'ekor naga membuat nya hancur
"Tidak..."
Grandine hanya diam, matanya menangkap setiap Alice yang sedang menjerit jerit di depan nya, Alice yang tidak akan pernah kembali ke desa nya, ke dunia nya, kemudian para peri berwujud kunang kunang penghuni Numerus bermunculan dan mendekap Alice, ribuan dari mereka membuat Alice terbungkus cahaya.
Alice kembali tertidur, dan hujan tetap turun, air mata nya mengalir dalam nyanyian para kunang kunang.
-End