Taman Pandora.

Tahukah kalian bahwa jauh entah di mana ada sebuah taman yang sangat indah, rumor keindahannya bahkan telah menjadi legenda di berbagai tempat, kabarnya tempat itu bagaikan sebidang tanah yang terpisah dari surga dan menyatu dengan bumi, kabarnya banyak hewan dan bunga-bunga cantik yang hanya dapat di lihat di tempat itu.

Legenda tetap legenda, layaknya penuip Hamelin yang sangat di sukai banyak orang hingga banyak orang mengikutinya walau akhirnya mereka yang mengikuti sang peniup Hamelin tidak pernah terlihat lagi di manapun.

Taman yang kita bicarakan adalah taman yang tidak dapat di temukan oleh siapapun, taman itu tersembunyi dan hanya akan menunjukan keindahan kepada orang yang di pilihnya, taman yang tidak dapat di temukan, taman indah yang terus menyimpan rahasia di dalamnya.

Taman Pandora.
Rabu, 13 Maret 2013
Posted by Unknown

Di Bawah Cahaya Bulan

Pada zaman dahulu kala, sebuah desa kecil bernama Eureillia tumbuh besar di tempat terpencil di sudut bumi,   kota kecil yang di kelilingi lautan dan perbukitan yang saling sambung menyambung, menjadikan sebuah tempat yang aman dari sentuhan luar.

Para orang tua di Eureillia tidak pernah membiarkan anak-anak mereka mendekati puncak bukit, bahkan mereka tidak akan membiarkan satupun dari anak mereka untuk menyentuhkan kakinya di luar kota sebelum mereka genap 17 tahun "Di sana ada penyihir jahat yang gemar sekali memakan anak-anak" ujar siapapun yang melihat anak-anak bermain terlalu jauh dari pinggir desa.

Mitos itu telah menjadi kental di desa Eureillia selama bertahun-tahun, tidak ada yang tau apa asal dan kapan mitos itu mulai terpatri di dalam fikiran setiap penduduk desa Eureillia, bahkan telah bertahun-tahun lamanya meraka tidak pernah menemukan tanda-tanda ada manusia atau mahluk pintar lainnya yang tinggal di perbukitan sekitar.

Suatu ketika seluruh desa di buat kalang kabut tidak karuan, tidak pernah terbayangkan bahwa ada sekelompok anak yang nekat melihat sekitar perbukitan.

Sudah lebih dari tiga hari Chierry dan Mavis menghilang dari kota, kedua bocah kaka beradiak itu telah lama tinggal sendiri setelah kedua orang tuanya tewas entah kenapa, mereka seperti di paksa mengeluarkan seluruh darah dari dalam tubuhnya.

Malam semakin larut, cahaya bulan purnama terang menjadi pembantu yang sangat membantu di saat obor-obor api yang sebelumnya menyala-nyala redup mati tertiup kuatnya hembusan angin malam yang sangat kuat.

Walau sudah mencari kesana kemari namun Chierry maupun Mavis tidak kunjung di temukan "Hanya satu tempat yang belum kita periksa!" ujar salah satu pemuda desa

"Kita harus mencari mereka di hutan yang berada di sebelah sana" menyambungkan

 "Tidak, kita tidak harus" sergah seorang lainnya

"Apa yang kau katakan? kita harus menemukan meraka! mereka berdua adalah anak dari desa kita! tanggung jawab milik kita"

"Tapi hutan itu, tidak ada satupun yang pernah keluar dari sana"

"Memang benar, itu karna tidak ada yang pernah memasukinya"

"Karna itulah kita tidak perlu kesana"

"Tidak! kita harus memeriksanya", perdebantan panjang terjadi orang-orang desa terbagi menjadi dua pihak, antara pihak yang ingin memasuki hutan dan pihak yang tidak ingin memasuki hutan

"Jika kalian tidak ingin terus maka pulanglah, biar kami yang mencari Chierry dan Mavis" kemudian merekapun memecah arah, perasaan tidak enak menerpa mereka yang meninggalkan rombongan dan memutuskan untuk kembali ke desa

Setibanya mereka di desa yang terjadi tidak terlihat wajar, walau sudah sangat larut namun lampu-lampu rumah belum ada yang menyala, padahal saat itu belum waktunya unt
uk tidur, mereka yakin bahwa masih ada yang tinggal di desa saat mereka mencari dua bocah yang mengilang itu.

kemudian langkah kaki kecil terdengar tampak mendekati rombongan, perlahan cahaya bulan mulai menyinari arah datangnya suara, kemudian terlihatlah dua orang manusia, seorang lelaki dan seorang lagi wanita, keduanya terlihat sangat muda, kaki-kaki kecil mereka berjalan di jalanan batu tanpa alas kaki, setiap mereka melangkah sebuah bercak gelap tertinggal.

Cahaya bulan telah sepenuhnya menampakan kedua wujud muda itu, rombongan itu tersengat rasa kaget dan   ngeri yang besar, menghentikan waktu mereka.

"Sebegitu takutkah kalian pada penyihir?"

-End
Sabtu, 19 Januari 2013
Posted by Unknown
Tag :

Bolehkan Aku Menjerit?

Terdampar di sebuah pulau terpencil tanpa apapun yang dapat ia selamatkan setelah badai besar membelah kapal yang ia tumpanginya Cryska hampir kehilangan semua kekuatan nya, perbekalan yang ia bawa telah hanyut terbawa badai.

Reynalle Cryska nama nya terpahat menjadi salah satu kesatria terbaik dalam kerajaan bernama Zenonia. ia dan kesatria-kesatria lain nya di utus untuk melakukan misi kemanusiaan membantu negara bagian yang sedang di gerus perang, namun sial menjemput mereka dengan cepat, tanpa di duga dan dan tanpa di harapkan sebuah badai besar menghantam dan menenggelamkan kapal yang di tumpangi oleh prajurit dan Kesatria kesatria terbaik Zenonia.

Sebagian besar dari tubuh nya di hiasi luka bakar terpapar panas nya matahari. mau bagaimana lagi, badai besar itu terjadi secara tiba-tiba saat semua sedang menikmati istirahat malam dengan santai, membuat nya menjadi seorang yang sial dan beruntung di waktu yang bersamaan, jika ia sedang waspada ia pasti telah mati tenggelam karna baju zirah yang ia kenakan, tapi ia tidak menggunakan nya dan hanyut terbawa arus laut berhari hari hingga akhirnya menemukan pulau asing yang sekarang ia baringi dengan sangat lemas.

Cryska mencoba menggerakan tubuh nya, ia mencoba menarik kaki nya yang setengah terendam ombak laut untuk menghindari kembali terseret kedalam lautan, itu akan membunuh nya. usaha keras nya untuk bergerak terlihat sia sia, tak se'inci pun dari tubuh yang menuruti perintah nya, di tambah lagi dengan pasir dan air laut yang memenuhi tenggorokan nya benar benar membuat keadaan nya semakin memburuk.

"Aaah kau mungkin bisa beristirahat sebentar lagi Cryska, setidaknya kau akan aman sebelum pasang naik" seseorang sepert membisikan sesuatu kedalam kepala Cryska. ia sendiri tidak begitu yakin tetepi mungkin itu adalah rencana yang cocok untuk keadaan nya sekarang.

Angin lautan perlahan bertiup menjadi lebih dingin, Cryska membuka matanya yang sayup sayup di silaukan oleh sinar matahari yang mengoren di ufuk barat, air laut yang sebelum nya hanya merendam kakinya kini merayap naik mendekati dada nya "sepertinya kali ini sinyalku untuk merayap kedaratan yang lebih kering" Cryska  mulai mencoba menggerakan lagi tubuh kesatria kelelahan miliknya, dengan sangat perlahan seiring naiknya permukaan air laut tubuhnya bergerak sedikit demi sedikit menjauhi bibir pantai "Bagus! kali ini mereka menuruti perintahku, ayo terus bergeraklah tubuh ku" dengan sangat sulit dan keras Cryska pada akhirnya dapat masuk lebih jauh kedaratan pulau yang lebih kering langit pun sudah menjadi sangat gelap, ia masih belum pulih dari rasa lelahnya karnanya ia tidak mencoba lebih jauh untuk masuk kedalam pulau hingga ia dapat kembali berdiri dengan kedua kakinya.

"Ah aku tidak menyangka, tidur di atas pasir pantai yang hangat dapat senyaman ini" Cryska mulai kembali berbicara sendiri "Oh tuhan aku tidak dapat membayangkan apa yang terjadi pada pasukan ku? bahkan aku sendiri harus berakhir sulit seperti ini" kekawatirannya tentang rombongan yang ikut bersamanya membuat Cryska menitikan tetes demi tetes air matanya. Cryska tidak pernah memperlihatkan sisi feminimnya itu kepada siapapun, tanggung jawabnya cukup keras untuk seorang wanita yang hidup di jalan kesatria. telah bersusah payah menjauhi bibir pantai telah banyak menguras tenaga Cryska yang belum benar-benar pulih. "Jika aku berada di lingkungan kerjaan Zenonia upah ku pasti akan di potong jika terlihat malas malasan seperti ini haha.. kurasa aku akan tidur lagi" setelah mengatakan hal itu pada dirinya sendiri Cryska kembali menutup matanya dan tertidur.

Pagi menjemput, Cryska dapat membuka matanya dengan lebih tenang, hangatnya matahari yang menembus kulit Cryska yang penuh luka bakar terasa sangat nyaman untuk Cryska. ia sendiri sudah mulai terbiasa dengan keadaan yang di alaminya "Aku harus makan sesuatu, sejak kapal tenggelam hanya ikan mentah dan air laut yang masuk kedalam tubuh ku." pikirnya "Ajaib sekali bagiku karna masih hidup" Cryska kembali menggerakan tubuh nya, dengan perlahan tangannya meraih batang pohon kelapa untuk membantu nya berdiri. dengan sangat hati hati agar tidak menimbulkan luka lain yang tidak perlu pada tubuhnya karna jelas sekali kulit yang terbakar matahari akan lebih tipis dari kulit yang tidak terbakar lalu jika luka luka itu berada dalam masa penyembuhan permukaannya akan menjadi sangat keras, jadi gerakan yang tidak perlu akan membuka lain yang harusnya tidak perlu dan akan membuat keadaan lebih buruk.

Tetapi seberapa kerasnya Cryska mencoba, terombang ambing di lautan berhari telah menguras tenaganya, tubuhnya belum benar-benar dapat berdiri, kaki-kakinya masih bergetar saat menumpu tubuhnya "Astaga, setidaknya biarkanlah aku mati di tanah airku" decak Cryska. Sebelum Cryska sepenuhnya berdiri suara semak berdesis membuatnya waspada "SIAPA DISANA?" pekiknya, dalam pikirannya ia berdoa bahwa yang akan muncul bukanlah sebuah masalah, ia pasti akan celaka.

Segelombolan srigala hitam satu-persatu muncul dari semak itu "Sial, celakalah aku..... tapi tunggu apa yang dilakukan srigala di pantai? aku harus berusaha sebisa mungkin untuk tidak malakukan langkah bodoh yang akan membuat srigala-srigala itu terkejut dan menyerangku, mereka adalah hewan buas, aku tidak yakin dapat bertahan kali ini, tidak dengan tubuh sekarat seperti ini.. Sial"

Mereka mulai mendekati Cryska "Celakalkah", satu dari mereka sangat mencolok, ia tidak seperti srigala yang berada di belakangnya kemungkinan ia adalah seorang pemimpin dan pemimpin kelompok srigala yang satu ini cukup unik dengan sepasang tanduk hitam di kepalanya "Wahai gadis muda, percayalah, usahamu adalah sia-sia, kami adalah suku asli pulai ini, dan dalam waktu beberapa jam lagi kau akan berubah seperti kami"
Jumat, 18 Januari 2013
Posted by Anonim

Bukit Esper (Part 3 Final)

"Mungkin sebentar lagi aku akan mati"

"Aku sudah tidak tau lagi berapa lama aku terkubur di tempat dingin dan gelap ini"

"Aku pasti akan segera mati"

Tidak ada yang lain yang dapat ku lihat selain gelap nya tempat ku berbaring ini.. yang dapat kurasakan hanyalah setiap tubuh ku yang makin terasa membeku. keberadaan tuhan seakan tidak mencapai ku sama sekali. aku mulai menyerah, lebih baik aku menunggu ajal ku saat ini dan berhenti memikirkan apa yang terjadi pada ku dan kenapa?

"Apa itu? langkah kaki?"

"Apa ada yang menuju pada ku?"

"Ah aku pasti hanya mulai berhalusinasi sebelum mati"

Aku mendengar suara, dan suara itu semakin jelas terdengar, seperti sesuatu mulai menuju ku. aku mulai berlajar untuk membiarkan nya. sudah lama sekali akku terperangkap disini dan tak satupun yang mencoba menyelamatkan ku, tidak mungkin yang satu ini nyata

"Hey apa kau mendengarku?" suara itu bertanya pada ku, aku tidak yakin untuk menjawab nya
"Hey kau! apa kau masih hidup?" suara itu kembali menyaut memanggil ku. suara wanita, wanita yang terdengar muda dan ia mengajak ku bicara. apa ini nyata?
"Bertahanlah, aku akan kesana!" suara nya semakin jelas ku dengarkan bersamaan dengan suara langkah kaki nya yang berlari kearah ku. sudah lama sekali aku tida mendengar apapun selain suara ku

"Bertahanlah, mungkin kau akan sedikit terbakar tapi ku jamin kau tidak akan mati!" wanita itu berteriak lagi kepada ku. apa aku harus pecaya pada nya?

"Terang sekali..." kegelapan ku berubah mulai menjadi sangat terang menyilaukan

"Hangat.. hangat sekali sekarang.. mungkin kah wanita itu nyata? mungkin kah aku tidak akan mati sekarang?"

"Oke.. bersiaplah, kurasa kau akan sedikit terguncang"

Ku rasa aku harus mempercayai suara ini, mungkin ini cara ku untuk kembali selamat, tapi apa jaminan ku untuk percaya pada nya? mungkin saja cahaya yang kurasa kan hangat nya adalah cahaya neraka yang mulai aku masuki, itu arti nya matilah sudah aku ini

"BARRR!!" suara yang sangat keras ku dengar, bersamaan itu cahaya yang sangat membutakan mata ku, sangat menyakitkan, udara yang lebih dingin bergerak menusuk tulang ku yang lama tak bergerak. aku jatuh menimpa salju dan semua nya kembali gelap


"Hey kau... kau tidak apa?" suara Wanita itu kembali mengulang terdengar di telinga ku, aku mulai membuka mata ku dan yang terlihat adalah cayaha, cahaya yang menyilaukan, hanya berwarna putih.. kemudian perlahan berubah menjadi dinding gua es dengan bayangan api yang bergerak berak cepat

"Syukurlah.. demi sebuah zat yang menciptakan bumi dengan segala isi nya... syukurlah kau masih hidup" Wajah wanita itu terlihat sangat bahagia, wajah nya yang akhirnya dapat ku lihat ternyata benar benar cantik, dari fisik nya aku tidak mengenali nya dari bangsa Elf atau dari bangsa manusia? apa mungkin dia manusia berdarah setengah Elf?. aku benar bener di buat terpersona, kulit nya sangat putih, walau tidak seputih salju, mata nya cukup tajam dengan pemandangan hijau di mata kiri nya biru d mata kanan nya, sebuah pesona alam yang sangat menawan

"Kau bisa bergerak?" tanya wanita itu

"Entahlah, mungkin bisa" Jawab ku dan aku mulai menggerakan tubuh ku untuk bergerak, ku mulai dengan jari jari ku, mereka bergerak dengan baik sesuai yang ku perintah kan, aku pun memulai menggerak gerakkan kaki ku, mereka baik baik saja walau sedikit lemas aku dapat menggerakan mereka dengan baik

"Ayo ku bantu untuk duduk" wanita itu mengulurkan tangan kiri nya dan tangan lain menyangga punggung ku. sekaranf aku dalam posisi tertduduk menyandar pada dinding gua. wanita itu seperti mengambil sesuatu yang seperti nya di buat nya, ia menuangkan sesuatu pada mangkuk yang terbuat dari kayu, mangkuk yang sangat khas untuk para pengelana, seperti yang di gunakan teman ku Levi entah kapan. ia memberikan semangkuk penuh kepada ku

"Terima kasih" aku menerima sup ke'emasan yang ia berikan pada ku, aku meminum nya dengan perlahan. namun sial sekali aku mendadakan mengalirkan air mata

"kau tidak apa-apa? apa masakan ku tidak enak?"

"Tidak bukan itu maksud ku, hanya saja.. hanya saja. ini benar benar mirip dengan makanan terakhir ku sebelum sesuatu menyebabkan ku terkubur disana.. boleh aku tau diamana kau mendapatkan cara membuat nya"

"Aku akan memberitahu mu:" wanita itu tersenyum senang, ia meminum sup di tangan nya "Tapi mungkin bisa kau ceritakan sesutu tentang dirimu? setidak nya beritahu aku siapa nama mu" kata nya

"Nama ku Iginis.. Ignis longiunus, aku seorang Esper dari suku Vermelion Dragus. bagaimana dengan kau?" aku balk bertanya. sup dan api yang di buat nya benar benar telah membuat ku hangat sepenuh nya

"Easley.. Easley Archvillie, kau bisa memanggilku Easley.. tapi tunggu apa kau tadi mengatakan soal suku Vermilion Dragnus?" wajah cantik wanita itu mendadak menjadi serius

"Apa ada yang salah?" tanya ku penasaran

"Tidak terlalu.. tapi bisa kau ceritakan kenapa kau bisa terjebak di dalam dalam gua es ini?" Balas nya

Aku menyiakan, aku pun mulai bercerita, aku menceritakan soal desa diaman suku ku yang berasal dari bermacam macam ras berkumpul, tentang misi yang ku jalan kan, tentang teman teman ku yang sekarang entah bagaimana keadaan nya, dan musibah yang aku dan kawan kawan ku alami

"Jika aku dapat bertemu dengan mereka dalam keadaan baik baik saja itu sudah cukup baik untuk ku" ucapan ku itu menutup cerita panjang ku pada Wanita bernama Easley di depan ku yang mendengar dengan penuh antusias

"Luar biasa.. dan benar benar jahat, aku pernah membaca beberapa buku tentang kerajaan di masa lalu saat desa mu masih ada, yang ku tau kerajaan sangat membenci desa itu" Easley mulai berbicara

Aku sedang meminum mangkok sup kedua ku saat aku tersedak keget mendengar apa yang ia katakan "Aku tau soal kerajaan itu.. tapi tadi kau bilang saat desa ku masih ada? memang nya apa yang terjadi pada desa ku?" tanya ku

"sekitar tujuh ratus tahun yang lalu desa itu berubah menjadi lautan api atas perintah imperial Corliene Ocbcostt ke tujuh.. maaf jika perasaan mu terluka tapi itu kenyataan nya, kau mungkin telah terkubur disini sekitar tujuh ratus tahun dan misi yang kau tempuh semata hanya untuk membunuh orang orang terkuat suku Vermillion Dragnus"

Tanpa dapat berkomentar aku benar benar di buat tercengang "Apa yang ia bicara kan?" pikir ku dalam hati, tapi wajah nya benar benar tidak bercanda, apa yang dikatakan nya adalah kenyataan? apa yang aku lakukan itu hanya sia sia belaka?

"Sebaiknya kau ikut bersama ku..ada yang ingin ku tunjukan kepada mu di desa ku" belum sempat aku kembali bertanya ia mengajaku untuk membantu nya membereskan peralatan makan kami dan mengikuti nya

Dalam perjalanan dugaan nya menjadi kenyataan ia adalah seorang HalfElf, ia bilang ayah nya adalah seorang manusia sedangkan ibu nya adalah seorang Elf alam. Easley juga menjawab semua pertanyaan ku dengan antusias, dan itu membuat ku benar benar terpukul.

Tiba tiba saja seorang Malaikat yang jatuh mendarat di hadapan kami berdua, aku benar benar membuat posisi tempur dengan tongkat ku yang sudah mulai berpendar merah, aku tidak akan terkubur lagi kali ini

"MAU APA KAU!!?" Bentak ku, tapi Easley menenangkan ku, ia mengatakan berkat keberadaan suku ku ras Malaikat yang jatuh telah menjadi salah satu sekutu yang baik, perbukitan bersalju kini menjadi tempat yang sangat aman bagi siapapun yang melewati nya kecuali mereka bertemu dengan monster monster liar penguni daratan bukit

"Easley.. sudah lama sekali sejak terakhir kau di desa, aku sangat menghawatirkan mu" Malaikat itu berkata, aku benar benar terkejut sama sekali karna nya

"Terimakasih Lica, tapi tidak usah kau khawatirkan ku sekarang, aku sudah kembali.. perkenalkan ini teman ku Ignis, kau tidak akan pecaya bahwa ia berasal dari suku Vermillion Dragnus di masa lalu.. bisa di bilang dia ini orang yang sangat berperngaruh dengan kehidupan nyaman kita

"Orang apa?" tanya ku

"Maaf tidak memberitahukan mu.. tapi begitu mendengar nama mu adalah Ignis Longinus dari desa Vermillion Dragnus berarti kau lah satu satu nya leluhur kami yang masih hidup" Ujar Easley

"Apa maksud ucapan mu itu? sebelum nya kau bilang desa ku sudah menjadi abu" aku mulai merasa kesal, mungkin saja aku telah di permainkan sejak tadi

"Itulah kenapa kau harus mengunjungi desa kami, semua nya akan menjadi jelas" Jawab nya singkat, kami pun kembali berjalan, di temani Lica seorang Malaikat yang jatuh

Dalam sisa perjalanan kami aku tidak tanah menahan rasa penasaran ku yang akhirnya kudesak dua wanita yang berjalan bersama ku untuk menceritakan apa yang ingin ku ketahui. mereka menceritakan sebuah kisah yang membuatkan tidak berkedip dan membuat perasaan ku sangat tenang dan bahagia. desa ku memang hancur, tapi sebelum itu teman teman ku yang ku selamatkan telah membuat langkah yang benar, mereka mengungsikan semua penduduk desa tepat sebelum desa kami di ratakan menjadi abu ke perbukitan ini, mereka bertemu dengan Malaikat yang jatuh dengan maksud berdamai dan ingin membuat kehidupan yang damai tanpa peperangan yang mereka inginkan. awal nya para Malaikat yang jatuh sama sekali tidak mengubris keberadaan mereka tapi setelah mereka tau bahwa keberadaan masing masing mereka tidak di inginkan akhirnya mereka mulai mencoba hidup berdampingan

Kami tiba di gerbang desa, tempat ini benar benar sangat damai, orang orang sangat ramah, namun satu satu dari mereka mulai memperhatikan ku, dan saat ku tanyakan pada Easley ia hanya menjawan "Kau akan melihat nya sebentar lagi" aku sama sekali merasa tidak terpuaskan dan mulai merasa aneh.. mungkin pakaian ku sangat kuno tapi ini masih terlihat baru, tapi pasti bukan itu yang mereka perhatikan

Kami tiba di alun alun kota, di sana ada sebuah patung lelaki esper yang sedang menggenggam sebuah tongkat sihir yang mengorbankan diri nya terkubur salju untuk menyelamatkan teman teman nya yang terlihat mencoba menghentikan nya dengan wajah penuh air mata

Aku berutut di atas jalanan desa yang bersalju, air mata ku tidak berhenti mengalir, teman teman ku sama sekali tidak membuang ku, mereka melakukan segala yang terbaik demi bagian pengorbanan ku, dan sekarang aku berada di tempat yang mereka ciptakan dengan penuh rasa damai

"Desa ini bernama Ignis Vermelloin dan bukit ini bernama Bukit Esper" Ujar Lica

Aku ternsenyum dengan lega "Syukurlah mereka selamat" ucap ku dengan sangat lega. akupun memutuskan untuk tinggal di desa ini, mereka menunjuk ku untuk menjadi kepala desa, tapi aku menolak nya, aku ingin kembali berkelana, setidak nya itulah yang aku lakukan dengan teman teman ku di masa lalu

Sudah sekitar tujuh tahun aku tinggal dan berkelana bersama desa Ignis Vermillion, semua nya terasa sangat damai sampai suara itu kembali memanggil ku

"Apa kau sudah cukup senang?"

-End
Kamis, 30 Agustus 2012
Posted by Anonim

Bukit Esper (Part 2)

Levi masih terlihat tidak percaya dengan apa yang sedang di lihat nya, ia dan aku tentu nya sangat yakin bahwa kami tidak melewatkan itu sebelum nya dan tidak ada apa-apa saat itu, tapi ini berbeda dengan sekarang beberapa mayat monster monster yang cukup kuat begelimpangan terbunuh oleh jebakan yang di buat oleh Levi, para Lycan tewas terkena panah beracun dari jebakan tali dan para Golem seperti telah menginjak ranjau yang kami pasang karna tubuh mereka sedikit tercerai berai

"Bagaimana bisa?" Levi bergumam kecil "Ignis.. kau bersama ku kan? kau melihat nya kan? sebelum nya tempat ini benar benar kosong?" Ia terlihat sedikit bingung

Aku tidak terlalu berbeda di bandingkan Levi, kebingungan dengan apa yang ku lihat saat itu benar benar menguasai ku "Lycan.. bukan kah mereka kelas Gama? apa dengan mudah bisa terpanah seperti itu? dan Golem dari kelas Beta? ini terlalu hebat jika mereka bisa tewas berantakan hanya karna jebakan yang kau pasang Levi" timbal ku pada nya

Kami saling memandang, seperti anak kecil yang polos kami saling menatap dengan perasaan bingung, kemudian tiga teman kami menghampiri

"Levi apa ini yang kau lakukan?" Nate spontan bertanya, yang ikut kebingungan dengan kami adalah Iria, ia mengerti betul kalau jebakan yang hanya seperti itu tidak mungkin dapat membunuh Lycan atau Golem salju sebanyak ini

Levi tidak segera menjawab, ia memeriksa perangkap yang membunuh para monster di depan nya, ia menarik benang kasat mata yang ia pasang disana, saat benang itu di tarik sebuah gerakan terjadi tapi tidak ada yang terjadi pada kami "Memang benar mereka terkena jebakan ini, tapi aku sama sekali tidak mengerti kenapa mereka bisa sampai kemari.. kita pasti merasakan nya kalau kalau mereka ingin mengerang kita" katanya.. Iria mengangguk mengerti

"Aku juga tidak menemukan jejak kaki mereka di sini" Visor menyambung "hanya ada dua kemungkinan.. mereka di lemparkan kemari atau di pindahkan kemari menggunakan kekuatan teleportasi" lanjut nya

"Jika seperti itu.. mungkin yang kita buru benar benar adalah DarkElf.. benar kata Iria.. misi ini kurang lebih tidak waras" Aku ikut bersuara

"Tidak perlu kita urus ini" ujar Levi "Akan lebih baik jika kita keluar menuju tempat yang lebih terbuka.. mungkin aku akan membicarakan sebuah rencana"

"Seperti nya kau sudah tau sesuatu Levi" sahut Iria dengan tatapan yakin

Levi mengusap usap kepala nya "Mungkin.. ayolah kalau begitu mari kita bergegas"

Menerima saran Levi kami pun benar benar membereskan semua perbekalan dan kemah kami, kami berjalan menyusuri hutan sedikit lebih jauh ke utara mencari jalan untuk keluar dari hutan, kami berjalan tidak terlalu lama hingga akhirnya dapat melihat daratan tanpa pepohonan, hanya salju dan bebatuan yang dapat kami lihat. kami duduk melingkat melakukan sebuah pembicaraan dengan Levi sebagai pusat nya, ia mengambil sikap santai kemudian menarik nafas panjang untuk menenenangkan diri "Dengarkan, kita keliru jika yang harus kita urus adalah monster kelas Epsilon" ujar nya

"Jelaskan Levi, kenapa kau bisa mengambil kesimpulan seperti itu?" Nate mulai menjadi serius

"Epsilon tidak akan terlalu berani menarik perhatian seperti itu.. walaupun mereka kuat tapi kebanyakan dari mereka tidak suka bertarung.." Levi menjawab "Di tambah lagi"

"Apa?"

"Di tambah lagi jika Lycan dan Golem itu di jatuhkan dari langit sangat kecil kemungkinan nya karna Epsilon jenis itu tidak tinggal di tempat dingin itu berlaku juga untuk para Epsilon yang memiliki kemampuan teleport.. dan jika mereka berada di sana dengan cara di lempar, kalian dapat melihat nya kan? tidak ada jejak apapun di sana" Kata Levi lagi

setelah itu kami berada dalam situasi yang senyap.. tidak ada seorang pun dari kami yang berbicara atau membuat suara, kami sedang berfikir dalam kepala kami masing masing mencerna apa yang terjadi. tapi hal itu tidak berlangsung lama, seonggok bangkai Lycan tiba tiba jatuh di hadapan kami. suara berdentum yang cukup keras terdengar saat bangkai itu jatuh membuyarkan tumpukan salju di tanah kesegala arah

"Mereka di sini" Visor mengangkat pedang besar nya ke udara, tapi tidak ada apapun di sana, dan hal itu terjadi lagi, beberapa mayat lagi terus berjatuhan di sekitar kami. kami benar benar bersiaga saat itu, aku dan  Iria mengeluarkan tongkat sihir kami, iria juga menggenggam sebuah kitab kuno, Visor sudah siap dengan pedang besar nya begitu pula dengan Nate yang siap bersama prisai dan pedang satu tangan milik nya, Levi bersiap dengan beberapa  belati lempar.

Bangkai bangkai berhenti berjatuhan, kami berlima membuat formasi tempur melingkar untuk memastikan dari mana musuh akan muncul.

Kami kembali di buat terperanggah dengan jatuh nya bangkai lain, suara nya lebih kecil dari yang sebelum nya tapi tetap membuat salju berterbangan.. begitu salju yang menghalangi kami menghilang tak seorang pun dari kami yang tidak terperanggah.. "APA INI? SEORANG DARKELF? MAYAT DARKELF!!" Iria histeris

"TENANG LAH IRIA!" Nate menyaut kencang mencoba membuat keadaan lebih baik, dan itu berkerja.. kami semua sunyi

namun masalah baru saja di mulai, sosok sosok bersayap mulai menatapakan wujud nya pada kami. wujud mereka terlihat sedikit kabur karna kepulan salju tapi perlahan kami dapat melihat sayap perak yang hanya sebilah, symbol perak melayang di kepala mereka terlihat tidak asing, perlahan tubuh tubuh cantik mereka tampak. tak ada dari kami yang dapat bergerak tapi kemudian ucapan Iria membuat semuanya jelas "Mereka... Mereka ini... Mereka... Mereka adalah Malaikat yang Jatuh" kami semua terbelalak mendengar nya

"Cih seperti nya benar, misi ini adalah untuk membunuh kita" Umpat Visor kesal

Kami dalam masalah yang cukup buruk, ketakutan kami rupa nya membuat wanita wanita bersayap satu di depan kami tersenyum seram. dengan cepat seorang yang menggenggam tombak melesat cepat ke arah kami, kami melompat ke arah yang dapat kami tuju untuk menghindari serangan itu. kami dapat selamat dengan beruntung dan baik tapi setelah itu adalah Neraka mereka semua (Aku tidak tau berapa jumlah mereka karna beberapa dari mereka tetap terbang di langit) mulai bergantian menyerang kami. Nate mencoba menahan serangan salah satu dari mereka menggunakan prisai nya namun percuma ia terpental mundur dan cukup jauh, begitu pula mantra palindung dari Iria yang dengan mudah di robek. Levi sangat tidak dalam posisi yang baik, ia tidak terlalu baik dalam pertarungan langsung. Keadaan ku pun tidak terlalu baik sihir apapun yang ku gunakan dapat di tangkis oleh mereka dan serangan mereka tidak dapat ku tanah sama sekali..

Aku melompat mundur menghindari serangan dari depan, lalu berguling ke kiri menghindari serangan lain nya.  aku mencoba memusatkan fikiran ku untuk melakukan sihir, lalu tembakan tembakan bola sihir melesat dari tongkat ku "DUARR!!" Bola api ku mengenai salah satu dari mereka, uap panas muncul, selanjut nya Malaikat jatuh yang ku serang terkapar di tanah

"Ah aku tau.. bunga di kepala mereka.. itu mungkin semacam kutukan.. incar itu" teriak Levi yang mulai percaya diri untuk menerjang

Aku dan yang lain nya pun ikut terselamatkan dengan itu, "DAARR!!" satu kali lagi serangan ku berhasil mengenai salah satu dari mereka dan benar mahluk itu segera terkapar di tanah. Betapa senang nya kami berbanding lurus dengan semakin ganas nya amukan para Malaikat itu, Visor bahkan di buat tak punya kesempatan untuk menyerang, beruntuk Iria memberikan kami mantra Rune agar kami dapat bertarung lebih dominan.. sebagai ganti nya kami harus menja Iria agar tidak di serang

Visor melompat tinggi, ia mengayunkan pedang besar nya secara Vertikal telak mengenai tanda kutukan sang Malaikat Jatuh dan membuat nya terkapar, aku dan Levi pun melakukan hal yang sama walau terus di desak kami pun tidak mau kalah mendesak dan Nate berusaha keras menjaga Iria untuk menja Rune nya

malaikat malaikat itu terlihat menyerah.. mereka semua mulai berterbangan.. Iria melepas Rune nya dan berucap syukur.. sejenak kami tertawa santai di antara bangkai Lycan,Golem, dan para Malaikat jatuh yang terkapar di atas salju.. mengalami pertarungan gila dan selamat tanpa luka adalah hal yang cukup hebat bagi siapapun tak terkecuali kami

"Suara apa ini?" aku yang pertama kali menyadari keanehan itu. tapi tidak satupun dari teman teman ku yang mendengar sesuatu

"Ada apa Ignis?" Iria mendekati ku penuh khawatir

"Aneh.. apa kalian....." aku tidak sempat menyesaikan ucapan ku.. sebuah ledakan besar terjadi

"Gunung nya! semua gunung nya hancur..." Levi berteriak, ini bukan hal yang baik.. kami berada di kepungan    gunung salju yang sekarang sedang memburu kami.. kami tidak dapat kabur kemana pun!

Salju semakin mendekat, kami bersiap untuk kemungkinan terburuk.

"Kau ingin menyelamatkan mereka?" sebuah suara bergema di kepala ku "Siapa itu?" umpat ku "Aku adalah kau.. jika kau ingin menyelamatkan mereka.. maka semalatkan lah.. kau memiliki kekuatan untuk menjaga orang yang penting untuk mu" suara itu semakin jelas "Katakan bagaimana!" ujar ku sekali lagi.. jika ada kesemapatan untuk kami selamat aku tidak keberatan. kemudian tubuh ku bergerak dengan sendiri nya "Eigies" sebuah tameng besar menyelimuti kami salju itu tertehan "apa kau yakin?" suara itu kembali bergema di kepala ku "YA!" jawab ku yakin "Baiklah.." balas suara itu. "Dispell Conquervsh" seluruh tubuh ku berpendar terang, aku mulai merasakan dingin yang menusuk. sesekali suara teman teman ku terdengar berat memanggil manggil nama ku.. tapi kemudian semua nya menjadi sangat gelap

-to be continue
Jumat, 17 Agustus 2012
Posted by Anonim

Bukit Esper (Part 1)

"Gelap"

"Dingin"

"Berat.. sesak sekali. Bahkan aku tak dapat bergerak sedikit pun"

"Dimana aku??"

"Ah aku ingat.. kami sedang dalam sebuah misi berburu monster sampai seseorang melongsorkan salju
kearah kami"

"Aku ingat, semua teman-teman ku berhasil kuselamatkan.. tapi seperti nya aku terjebak disini"

Firasat mengganggu memenehi setiap sudut dari kepala ku, tapi tidak merubah apapun, aku benar-benar terjebak, di bawah tumpukan longsoran salju tanpa dapat menggerakan satupun dari bagian tubuh ku, sungguh hal yang tidak masuk akal. entah sudah berapa lama aku terkubur salju dan aku masih tetap hidup.

untuk saat-saat seperti ini aku tidak dapat berbuat banyak, mungkin hanya kepala ku saja yang terus menerus melakukan sesuatu. ya, itu hanyalah fikiran fikiran aneh ku, aku tidak akan bisa keluar dari sini, mungkin aku akan mati sebentar lagi.. ya itu lebih baik.. Aku Ignis.. Ignis Longinus.. Aku seorang Esper dari suku Vermelion Dragus. Suku ku di kenal dengan sebutan penakluk monster, aku salah satu yang terlemah dari suku ku tapi kemudian semua orang mulai mengakui ku, kerja keras ku berhasil membuat ku lebih kuat an sangat kuat, bahkan mereka menyebut ku dengan sebutan Pembunuh Vermelion. Aku sangat merasa tersangjung dengan panggilan itu, namun aku selalu mencoba merendahkan diri dan aku pun mulai memiliki banyak musuh, mereka mengira aku hanya orang sombong yang hanya bisa pamer kekuatan.

Suatu ketika desa kami mendapat undangan misi membersihkan daerah pegunungan sunyi dari monster yang mendiami tempat itu untuk tujuan pembangunan kerjaan Ocbcostt atas perintah raja Corliene Ocbcostt ke tujuh. kemudian aku dan beberapa orang dari suku Vermelion Dragus terkuat  yang diantara nya adalah aku seorang Magus dari bangsa Esper,Visor Asgard seorang Templar dari bangsa Certus, bangsa manusia berkulit putih yang memiliki kekuatan fisik sangat besar, Nate Amadeus orang Hamon bangsa yang tinggal di daratan dingin ia adalah seorang Beserker, Iria Venus seorang Caster dari bangsa Elf, Levi Fillicana manusia yang sangat ahli dalam strategi dan jabakan akhirnya di kirim dalam misi ini. Setelah mengenal apa yang akan kami buru kami pun tanpa ragu bergegas pergi untuk menyesaikan misi. kabar baik nya mereka yang di kirim bersama ku adalah orang yang berada di kelas yang sama dengan ku saat masih di sekolah dulu.

Tidak ada nya hambatan dalam perjalanan membuat kami merasa sedikit lega. hanya dengan menempuh perjalanan singkat selama tiga hari kami tiba di sebuah hutan bersalju dekat dengan tempat yang kami tuju. kami memutuskan untuk membuat perkemahan kecil di hutan itu. kami hanya membawa perbekalan secukup nya, diantara kami perbekalan Levi lah  yang sangat berperan dalam nyaman nya kemah kami, aku dan Iria mencari kayu bakar di sekitar kemah dan sesuatu yang mungkin bisa menambah perbekalan kami, khusus nya yang dapat kami jadikan makanan, sementara itu Nate dan Visor membantu Levi membangun kemah

Sekitar setengah jam aku dan Iria berkeliling area kemah, kami mendapat kayu bakar yang cukup untuk menghangatkan kami selama semalam suntuk dan juga beberapa kelici kutub untuk makan malam, Iria yang menangkap mereka menggunakan salah satu sihir yang ia buat menggunakan kata kata nya. kami berdua berjalan menuju kemah, perjalanan singkat kami di dera rasa jenggah. jelas sekali bahwa kami berdua.. tidak kami berlima sedang di awasi.

"Sepeti nya kita tidak dapat melonggarkan sedikit pun kewaspadaan di sini" Ucap Iria pada ku

"Bagaimana pun ini adalah daerah di mana para monster yang kita buru tinggal.. ku dengar mereka di sebut monster tingkatan Epsilon, monster yang memiliki kecerdasan kekuatan yang besar" Jawab ku antusias.

Iria menyeka salju yang jatuh kerambuh perak nya "Aku heran kenapa hanya kita berlima yang dikirim dalam misi ini?" kata nya "Mungkin mereka sengaja mengirim kita agar kita semua terbunuh dan dengan mudah desa Vermorth akan di hancurkan Hahaha.. bagaimana pun suku suku lain bahkan kerajaan tidak terlalu menyukai keberadaan kita" terus nya, ucapan nya seperti baru saja bercanda tapi tidak dengan wajah nya yang malah terlihat kawatir dengan apa yang baru saja ia ucapkan pada ku

"Mungkin haha" timbal ku dengan nada bercanda.

Kami tiba di perkemahan, Nate segera menjemput kami dan menolong Iria dengan kelinci buruan nya. aku meletakan kayu bakar di dekat perapian yang telah di isi dengan api unggun lengkap dengan sebuah tempayak berisi sup yang di buat Levi

"kawan-kawan" Visor bicara pada kami, kami pun memasang perhatian pada nya "Mungkin aku salah, tapi kalian pasti sudah merasakan nya kan?" sambung nya.

Kami tidak menjawab dengan suara, hanya anggukan yang mewakili kata "Iya" yang kami berikan. kemudian aku mulai bicara menanggapi "Untuk monster sekelas Epsilon yang seperti ini ku kira sangatlah ganjil.. sepintar apapun monster selain DarkElf tidak ada yang dapat mengintai sebaik ini.. jika candaan Iria benar kita tidak akan tewas di saat salah satu dari kita lengah"

Kali ini aku yang mendapat anggukan dari teman teman ku

"Sudahlah, jika harus mati ya kita pasti mati.. tapi ku rasa sekarang saat nya kita menikmati sup lezat buatan Levi dengan calon kelinci bakar ini" Nate membuka suara dengan kelinci kutub yang selesai di kuliti di tangan nya. suasana pun menjadi lebih tenang, kami mulai membakar daging kelinci kutub yang di bersihkan Nate

"Ya ampun demi langit yang kapan saja bisa runtuh, orang macam apa yang tega merusak suasana menegangkan dalam sebuah pembicaraan Haha" Levi terbahak kecil, tangan cantik nya sibuk menuangkan sup asparagus buatan nya kedalam mangkuk mangkuk kayu berukuran satu gengaman lalu memberikan nya pada kami

"Haha.. bukankah aku selalu bilang pada kalian? berbicara yang membuat diri kalian berfikir negative adalah bunuh diri dalam medan perang" Ujar Nate

"Baiklah baiklah.. maaf tidak pernah mendengarkan mu tuan Nate" Iria meledek

kami saat itu menikmati sajian makan malam dengan penuh tawa, Nate selalu menjadi pioner dalam mencairkan suasana yang kaku

Setelah cukup lama kami selesai dengan makan malam, Iria membersihkan peralatan makan di bantu Nate, aku dan Levi memutuskan berjaga jaga, kami pun mempersiapkan perkemahan kami dengan beberapa perangkap buatan Levi, sementara Visor menjaga kemah.

Jebakan yang di pasang beberapa sangat menarik perhatian ku, Levi membentangkan benang tak kasat mata yang diatur agar hanya mengenai mahluk yang cukup besar, benang itu di hubungkan pada pelontar panah yang sudah di atur peletakan nya, yang lain nya hanya ranjau atau lubang jebakan klasik

"Aku tidak pernah melihat jebakan benang seperti itu sebelum nya Levi.. di mana kau memperlajari nya" tanya ku saat berjalan bersama Levi ke kemah kami

"Aku memperajari nya di suatu kota di negri timur.. orang yang memberikan ku trik trik menarik bernama Hachisuka Goemon.. gadis itu menyebut diri nya Ninja.. apa kau tau?" Ujar Levi

"Aku pernah mendengar nya.. orang orang yang beraksi mirip dengan Assasin tapi lebih aneh lagi.. begitu?" Levi tersenyum mendengar jawaban ku

"Bayangkan mereka yang di sebut Ninja dapat berlarian dengan santi di atas air.. ah tapi bukan itu.. bagaimana pun yang dapat ku pelajari dari mereka hanya trik dalam memasang perangkap dan bertahan hidup bukan terbang di udara seperti layangan seperti mereka" balas nya, dan itu sudah cukup menutupi rasa penasaran ku

Malam pun menjelang dengan cepat, udara semakin menusuk, kami beristirahat bergantian dengan dua orang yang terjaga untuk mengawasi kalau kalau hal buruk terjadi. kami terus melakukan giliran menjaga hingga akhirnya pagi matahari mulai kembali muncul. kami segera membereskan perlengkapan untuk melanjutkan perjalan sedikit lagi.. bagaimana pun setelah tiba di tempat yang kami tuju hanya pertemupuran yang akan terjadi. aku dan Levi memutuskan untuk memeriksa jebakan yang kami pasang, jika Levi ia ingin menggunakan bahan jebakan yang masih ia gunakan lagi

kami mulai dengan jebakan yang di pasang paling luar karna dilihat seperti apapun jebakan yang kami pasang paling dekat dengan kemah sama sekali tidak terjamah, Levi akan mengambil nya nanti. kami berdua menyusuri jalur jebakan yang kami pasang, mengecek satu persatu jebakan yang terpasang. kami tidak menemukan apapun sampai jebakan yang di pasang terluar, Levi pun memutuskan untuk mengambil bahan jebakan yang masih ia dapat gunakan.

kami sudah selesai dengan mengecek dan membereskan jebakan, mungkin hanya jebakan terdekat dari kemah saja yang belum kami bereskan.. aku membantu Levi membawa bahan bahan jebakan nya yang cukup banyak

"Leeeeevviiiii!!!! Igniiiiiss!! dimana kalian?!" suara keras Iria menggema mengundang kami.. aku dan Levi pun berlari menuju asal suara

"A..as Astaga apa ini? kenapa?" Aku sangat terkejut begitu pula Levi yang terlihat terbelalak.. kami dapat melihat tubuh tubuh monster sejenis Lycan dan beberpa Golem salju berserakan tewas terkena jebakan milik Levi "Aku yakin.. aku dan Levi tidak menemukan apapun saat mengecek ini pertama kali"

-To be continue
Kamis, 16 Agustus 2012
Posted by Anonim

Menara Harapan : Sebuah Puisi

Menara Harapan

Menara menara tinggi menjulang menusuk langit
Entah apa yang akan yang memaku di mata
Langit biru bersama air mata yang meleleh dari selaput iris
Menyesakan nafas yang tersenggal jengkal

Kita kan daki menara tak berujung itu
Bersama dengan kasih yang merangkul setiap rusuk di lengan
Membawa senyuman yang hanya yang milik
Senyuma hambar yang menenangkan

Kita hanya menatap yang di atas tak menuntut yang di bawah
Terlalu egois dengan tujuan sampai bunga bunga itu mulai layu
Bunga mimpi kita tlah merangkak rapuh
Bunga yang mengikat kita

Saat dengan tanggalan pertama bunga itu kau mulai merenggang
Dengan tanggalan kedua kau menghilang
Juga dengan tanggalan ketiga nama mu pudar dari alam pribadi ku
Saat tanggalan terakhir jasad ku tlah tak memiliki jiwa

Jasad itu beku berwarna biru kaku
Kau menghilang dan luapakan mimpi rajutan kita
Menara tinggi itu runtuh bersamaan dengan tubuh ku yang membusuk
Menara harapan kita
Rabu, 25 Juli 2012
Posted by Anonim

Langit Awan Gugur : Sebuah Puisi

Langit Awan Gugur

Langit di kala senja, dan biru gelap nya langit
Kedua nya.. kedua nya terbakar dalam hati ku
Seperti hari yang kita habiskan bersama.

Kepingan kepingan nya berhamburan memeluk cakrawala

Sedikit mulai menutup semua ingatan kecil ku

Bunga yang gugur, mereka terluka, jiwa jiwa nya menangis
Berteriak! 
Berteriak lebih keras!

"Tolong lupakan aku, aku harus pergi"


Air mata nya terus mengalir
Air mata nya enggan berhenti
 
Ia tidak ingin melupakan
Ia tidak ingin di tinggalkan
Ia tidak ingin sendiri
Ia ingin memeluk hanya untuk sekali

Biarkan bunga bunga itu gugur
Biarkan mereka layu
Biarkan mereka mati
Dengan begitu kau tak perlu menghilang


Walau dunia menolak mu
Biar dunia membenci ku

Langit senja akan terus jingga

Sabtu, 07 Juli 2012
Posted by Anonim

Rodeon-File Translator

Popular Post

Labels

Followers

Blog Archive

- Copyright © 2013 Rodeon's-Files -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -