Archive for Juni 2012

Nyanyian Kunang-kunang Dalam Badai (Part 2 Final)

Malam semakin larut sejak Alice di tinggalkan oleh Nelo kaka nya di sebuah rumah tua terawat yang berada di tengah padang rumput yang hanya dapat di temukan jika dapat menembus hutan Numerus yang di kenal tak dapat tertembus oleh siapapun selain orang berdarah Eizvonberg

Alice masih berada di halaman rumah itu, menatapi dari mana ia dan utusan kaka nya membawa nya sebelum akhir nya menghilang dan meninggalkan nya sendiri dengan sebuah misi dengan perasaan yang sangat luar biasa kacau

"Aku harus menemukan Eiz, naga yang menjadi pelindung keluarga ku? bagaimana aku bisa menemukan nya? tau seperti apa saja aku sama sekali tidak"

Dalam kepolosan kekanakan nya Alice bernalar, sejujur nya dengan bertemu dengan yang seperti kaka nya itu sudah mengobati diri nya, namun seperti yang di pesankan kaka nya bahwa ia harus nemenukan Eiz dan menyelamatkan keluarga nya berserta kerajaan nya.

Mendadak mata Alice menjadi sangat berat, perlahan pandangan nya menjadi kabur dan semakin kabur sampai hampir tertutup, ia hampir menutup mata nya saat segerombolan yang tampak seperti kunang-kunang muncul mengerubungi nya dan Alice pun lepas dalam tidur nya

****

Tending hujan fajar itu perlahan membuat Alice membuka mata nya, yang ia sadari saat itu bahwa diri nya tidak lagi berada di padang rumput tempat ia di tinggalkan, ia berada di suatu tempat seperti goa yang cukup besar

"A? aku dimana?" Alice bertanya pada diri nya sendiri, ia mulai berdiri dan berjalan perlahan menyusuri goa itu, tempat itu sangat luas, bahkan Alice dapat menemukan sebuah kolam besar di dalam nya, air kolam itu berwarna ke'emasan

Beberpa lama ia berjalan, sebuah suara yang berasal dari dalam kolam seperti memanggil nya, secara tidak sadar Alice berjalan medekati suara itu, dan bak terkenal tabir ilusi ia terus berjalan walai air kolam itu sudah menyentuh dagu nya, terus berjalan sampai ia tenggelam

"Jantung sihir mu sudah terbuka sekarang, kau bisa keluar dari air, jika terlalu lama di situ kau pasti mati anak kecil" Suara itu kali ini berada jauh dari luar kolam, Alice pun terlepas dari tabir ilusi nya dan mulai berenang dengan agak panik menuju pinggir kolam.

sungguh sangat mengejutkan untuk Alice se'ekor naga besar berwarna putih besih dengan beberapa bagian yang berwarna ke'emasan berdiri di hadapan nya dengan wajah yang sangat ramah

"E..E...E....E....iz? Grandine Eiz?"

Naga itu menggangguk. Melihat itu Alice berjingkrak kegirangan tak di sangka seseorang yang harus nya ia cari malah menjeput nya dan langsung membukakan jantung sihir nya

"Tuan Eiz"

"Panggil saja Grandine, Eiz adalah nama keluarga, keluarga Eizvonberg, keluarga kita" Potong Naga itu

"Baiklah.. em .. Grandine, kalau jantung sihir ku sudah terbuka itu arti nya aku sudah menjadi seorang penyihirkan? arti nya aku dapat membantu kaka ku bertarung bukan?" Mulut Alice berbusa, kalimat demi kalimat ia ucapkan saat itu, ia berhenti saat melihat wajah ramah si naga berubah murung, melihat itu Alice merasa heran dan bertanya "Tuan Grandine kau tidak apa-apa?" Mendengar pertanyaan yang satu itu naga itu seperti terkoyak keluar dari lamunan nya dan segera bersikap wajar

"Tidak secepat itu, kita harus sedikit melakukan latihan bersama. jantung sihir mu mungkin akan mengalirkan kekuatan sihir tak terbatas kepada mu, namun kau setidak nya memerlukan latihan untuk sedikit dapat menggunakan itu" Jelas naga itu yang bersamaan mengisyaratkan Alice untuk mengikuti nya

Dengan cepat Alice memulai latihan nya, naga itu mengajari Alice banyak hal, dari membaca buku sihir, menciptakan benda benda dengan sihir termasuk ramuan dan naga itu juga mengajarkan teknik bertarung dengan sihir, ia sangat gembira saat selesai dengan sihir pertama nya, sihir api lalu ia terus belajar berbagai macam sihir dari si naga

Latihan yang di jalani Alice ternyata benar benar tidak sebentar, tidak terasa sudah satu tahun terlewat sejak pertama kali ia datang ke tanah itu tentu saja Alice beberapa kali menanyakan kepada mahluk magus paling kuat itu kapan mereka akan pergi dan naga itu selalu membuat pertanyaan Alice seakan tidak layak untuk di dengar. hal itu membuat Alice penasaran dan memutuskan untuk menembus hutan Numerus tanpa sepengatahuan naga si naga

"Grandine itu kenapa sih.. setiap aku bertanya soal kapan aku kembali ia pasti mengalihkan pembicaraan.. aku sudah menguasai hampir seluruh dari sihir milik Grandine, dengan itu aku pasti bisa menyelesaikan semua nya"

Lama Alice berjalan menyusuri hutan Numerus tapi ia belum juga nememukan desa Stellar, padahal seingatnya Nelo kaka nya hanya berlari sedikit untuk mencapai pintu masuk hutan dan hanya berlari beberapa jauh untuk berakhir di padang rumput itu, namun setidak tidak nya Alice belum menemukan sesuatu seperti cahaya di hutan itu yang arti nya perjalanan nya masih sangat sangat jauh

****
Mengejutkan, sudah beberapa hari ia berjanan, Alice tidak ingin menyerah namun tubuh nya sudah kalah, ia bersandar kesebuah yang ia rasa adalah sebuah pohon besar dan tertidur karna kelelahan

"Alice..."
"Alice.."
"Larilah..."
"Teruslah hidup.."
"Alice ayo lari.."
"Selamatkan diri mu.."

"Wuah.. Mimpi... Hanya mimpi... Astaga semoga hal seperti itu tidak terjadi di kerajaan Regnen" Alice masih bersandar di pohon besar itu, fikiran nya tidak karuan, mimpi mimpi buruk seperti itu akhir akhir ini selalu ia alami, membuat nya sedikit terguncang

tak jauh dari nya, sebuah titik titik cahaya bermunculan dari berbagai arah, titik titik itu semakin banyak di sekitar Alice, menciptakan sebuah penerangan untuk nya

"Kunang kunang?... wah benar mereka kunang kunang, tapi bagaimana ada kunang kunang di daerah yang selalu terguyur hujan?" Sebelum banyak pertanyaan lagi muncul dari mulit nya sendiri ia terkejut, sesuatu yang menjadi sandaran nya adalah sebuah kaki.. kaki naga.. kaki milik Grandine Eiz

"Grandine? kenapa kau ada di sini?" Tanya Alice

"Aku hanya khawatir dengan mu Alice" Jawab si naga

"Kau ingin memintaku untuk kembali ke sana kan? tidak.. aku harus kembali ke desa Stellar, aku harus menyelamatkan semua nya" Hardik Alice dengan keras, itu membuat Grandine si naga sedikit merasa sakit namun rupa nya ada hal yang lebih menyakitkan dari pada itu

"Aku tidak perlu memintamu kembali ke sana, ke padang numerus, atau ke goa ku, sama sekali tidak" Grandine berbicara dengan mata yang di palingkan dari wajah Alice, ia yakin bahwa yang akan di katakan nya akan sangat melukai hati Alice

"Maksud mu?"

"Aku akan berterus terang kali ini.. kau tau kenapa orang yang membawa mu dapat dengan cepat sampai ke padang Numerus sedangkan kau sampai sekarang tidak dapat mencapai desa Stellar?"

"Tidak sama sekali" Jawab Alice, wajah nya mulai lebih serius

"Ia hanya melompati dimensi yang tak dapat ku lewati" Tukas si naga singkat

Sesuai dugaan Alice terguncang hebat, Alice sudah banyak belajar sihir, kali ini jika ia mengatakan nya saat ini pasti Aice akan mengerti, menyadari bahwa kaka nya membuat sebuah jalan untuk menyelamatkan hidup nya dengan menyebrangi dimensi yang bahkan tidak dapat di tembus oleh se'ekor naga membuat nya hancur

"Tidak..."

Grandine hanya diam, matanya menangkap setiap Alice yang sedang menjerit jerit di depan nya, Alice yang tidak akan pernah kembali ke desa nya, ke dunia nya, kemudian para peri berwujud kunang kunang penghuni Numerus bermunculan dan mendekap Alice, ribuan dari mereka membuat Alice terbungkus cahaya.

Alice kembali tertidur, dan hujan tetap turun, air mata nya mengalir dalam nyanyian para kunang kunang.

-End
Senin, 25 Juni 2012
Posted by Anonim

Nyanyian Kunang-kunang Dalam Badai (Part 1)

Hujan tetap turun walau matahari tetap terik.
Hujan selalu menjadi berkah untuk banyak mahluk di sudut bumi terkecil sekali pun, tapi tidak sama sekali untuk kerajaan bernama Regnen yang berarti hujan, sesuai dengan nama yang dimiliki nya kerajaan ini adalah kerajaan yang selalu menikmati hujan kita bisa menyebut nya "Kerjaan hujan" jika Regenen terdengar agak aneh. untuk menikmati cahaya matahari sangat lah luar biasa, hari hari tanpa hujan di kerajaan Regnen hanya terjadi setiap 3 tahun.

Di salah satu pelosok kerajaan Regnen sebuah desa kecil bernama Stellar bermacan jenis individu membaur di sana, mungkin bagi siapapun yang telah nama menapak bumi Stellar profesi sebagai Magus mungkin tidak akan terdengar di luar akal, di desa ini banyak keturunan bangsa Grazier penyihir kuno benua kerajaan Regnen yang bebas dari masa pembersihan penyihir yang di berikan sedikit kebebasan untuk hidup sebagai pelayan kerajaan. dengan nalar umum desa ini adalah desa untuk para penyihir.

"Ayah semua sudah siap, kita akan berangkat segera" Suara suara cukup keras terdengar di kediaman Eizvonberg, mereka adalah salah satu dari Clan penyihir yang cukup terkenal, namun mereka sama sekali bukan penyihir seutuh nya seperti Clan Clan lain nya, hanya kaum wanita nya saja yang memiliki kekuatan sihir dari dalam tubuh mereka, sebagai ganti nya para lelaki di Clan ini sangat menguasai ilmu pengetahuan sihir, mereka yang membuat peratan,obat-obatan dan lain-lain yang berhubungan dengan sihir, dan karna itu pula walau mereka tidak memiliki kekutan sihir dari dalam tubuh mereka namun mereka masih tetap dapat melakukan sihir dengan memanfaatkan kekuatan otak nya serta alam sekitar. kali ini Keluarga dari salah satu Clan Eizvonberg di utus untuk menghadap kerajaan untuk melakukan suatu misi, dalam misi ini hanya orang dewasa yang melakukan nya dan sekaligus misi pertama untuk putra keluarga ini yang bernama Nelo

"Kakaaaa jangan pergi, Alice takut di tinggal sendirian" Rengek seorang gadis kecil yang berlari dari dalam rumah dan meloncat, memeluk Nelo erat, mengelayut tak mau lepas dari kaka kesayangan nya itu

"Kaka tidak akan lama, setelah misi ini selesai kaka akan membawa ayah dan ibu kembali kesini, jadi Alice jangan khawatir, kaka akan melindungi ayah dan ibu, karna itu Alice harus melindungi Keluarga kita waktu kaka pergi ya.." Nelo menurun kan adik nya dari layutan di leher nya yang membekas merah akibat cengkraman erat dari adik nya

"Janji ya..." Wajah lugu Alice memerah padam, mata nya berkaca-kaca tanda menahan tangisan

"Kaka janji" Nelo tersenyum lebar yang kemudian berjalan meninggalkan Alice yang memandangi punggung nya

Rombongan itu pun berangkat setelah melakukan salam perpisahan sementara dengan Alice anak bungsu dari keluarga itu, yang menangis dengan sangat kencang saat satu persatu dari ayah, kaka, dan ibu nya pamit meninggalkan nya untuk melakukan misi kerajaan

****

Sudah beberapa bulan berlalu, bumi Stellar seperti tempat tempat lain di kerajaan Regnen hujan yang cukup deras mengguyur desa itu, Alice berdiri di depan rumah nya, ia berharap keluarga nya akan kembali, entah sejak kapan ia melakukan hal itu yang jelas ia masih percaya kaka nya akan kembali menepati nya, karna itu ia bersikeras untuk dapat menyambut kepulangan keluarga nya sebisa mungkin

"Hey hey, kalian dengar itu, keluarga Eizvonberg belum kembali juga dari misi nya, kira kira misi seperti apa yang membuat penyihir sekelas mereka kerepotan seperti ini"

"Siapa yang tau, tapi yang kudengar misi yang mereka lakukan cukup berat. kita tau sejak raja Roftfelees mengilang dan pangeran Vaender naik tahta keberadaan kita seperti tumbal untuk menghentikan hujan di kerjaan ini"

"Iya, ku dengar pangeran, eh raja Vaender sudah melakukan apa saja untuk menghentikan hujan di kerajaan ini namun tidak berhasil sama sekali, akhir akhir ini malah kudengar ia memaksa para penyihir untuk melakukan ritual penolak hujan, namun sampai jantung sihir mereka mengering hujan tetap saja turun"

"Hey hey, kecilkan suara mu, itu anak bungu dari Eizvonberg"

medenger pembicaraan orang orang langsung bergegas setelah melihat nya membuat Alice Eizvonberg terguncang cukup hebat

"Tidak... tidak.. bohong... pasti yang mereka katakan semua nya bohong... pasti bohong.. kalaupun ia kaka pasti ngelindungin ayah dan ibu.. mereka pasti pulang.. kaka pasti pulang buat Alice.. Alice.. pasti.." Alice berusaha keras untuk menghilangkan fikiran buruk nya. hari itu pun mulai larut, Alice berhenti menunggu dan masuk kedalam rumah keluarga nya

Malam sudah sangat larut tapi Alice tidak dapat mengistirahatkan mata nya sedikit pun, tidak di pungkiri Alice kecil masih memikirkan hal yang ia dengar dari orang orang itu, kemudian ia di kejutkan dengan beberapa ketukan dari pintu rumah nya, karna ia tinggal sendirian di rumah itu ia segera berlari untuk membuka pintu rumah nya

"Kaka.. itu pasti kaka..." dan setelah pintu rumah nya tebuka lebar sosok Nelo perlahan muncul di sinari cahaya bulan

"KAKAAA!!" Alice melompat, ia akhirnya bertemu dengan kaka nya yang sangat ia rindukan, namun mendadak tidak seperti biasa nya Nelo tidak membiarkan Alice memeluk nya kali ini dan hanya  tersenyum

"Kaka.. lama banget... kenapa baru pulang... ayah sama ibu mana?" Alice kecil berjingkrak jingkrak di depan kaka nya yang baru saja tiba, namun Nelo sama sekali tidak mengjawab pertanyaan-pertanyaan itu, ia hanya tersenyum, kemudian Nelo berlutut dan memeluk Alice kecil erat, air mata nya mengalir dengan deras

"Air mata selalu terasa sangat panas" Suara Nelo serak sayub memecah kebisuan nya

"Kaka kenapa nangis? kaka..." Ucapan Alice tertelan kembali, wajah Nelo berubah serius, ia menggendong adik nya masuk ke dalam rumah nya yang kemudian berlari ke arah pintu belakang, ia berlari dengan tergesa gesa dengan tangan yang masih membekap mulut Alice, memaksanya untuk tidak membiarkan sedikit suara pun kelur dari mulut kecil nya, Nelo berlari melintasi hutan Numerus hutan yang di kenal sebagai hutan tempat tinggal para peri cahaya, hutan yang sama sekali tidak dapat tertembus cahaya dari luar, ia terus berlari menembus hutan, hingga tiba di sebuah padang rumput yang berada di tengah hutan Numerus, sebuah padang yang di lindungin sebuah hutan yang tak tertembus, disana ada sebuah rumah kecil, rumah itu cukup tua namun terawat, Nelo membuka pintu rumah itu dengan sedikit merapal mantra dan kemudian menurunkan Alice dari dekapan nya

"Kaka..." "Maaf Alice kecil ku sayang, kaka tidak bisa menepati janji kaka" Nelo kembali memotong kata kata yang hampir keluar dari mulut adik nya

"Kaka akan jelaskan situasi nya, kaka mohon kamu mengerti, jadi tolong dengarkan kaka baik baik" Ia menggemgam tangan adik nya erat, Alice kecil pun hanya mengangguk perlahan

"Baikalah, kerajaan Regnen ternyata sudah jatuh, mungkin jika kau mendengar soal pangeran Vaender itu sama sekali bohong, keluarga raja Roftfelees benar benar sudah jatuh, sama sekali tidak ada perbudakan penyihir disana, namun jatuh nya kerajaan kita ini menandakan sebuah awal yang baru, para kesatria suci disana memerintahkan untuk menyapu bersih semua keturunan penyihir"

"Tidak...."

"Tolong dengarkan Alice, kau harus kuat kali ini.. Alice tau tentang cerita iblis Gerena?" Nelo mengajukan sebuah pertanyaan namun tidak membiarkan adik nya menjawab apapun dan melanjutkan ucapan nya "Iblis Gerena lah yang menyebabkan tanah kita selalu di guyur hujan, karna desa kita tidak pernah mendapatkan angin, benar iblis gerena tersegel di kerajaan ini bersama dengan kita semua di dalam nya, dan yang malakukan itu adalah para penyihir dari desa Stellar, dan cerita di kenapa kita di asingkan bukan dapat dikatan benar, kita di lindungi agar tidak terbunuh, namun kali ini Gerena telah membuka gerbang neraka dan para iblis akan segera menyapu kita lagi seperti 300 tahun lalu, dan hutan numerus adalah satu satu nya yang tidak dapat di tembus oleh mereka karna se'ekor naga bernama Eiz tinggal disini" Nelo terus saja berbicara, untung nya seperti yang diharapkan dari para penyihir Alice kecil dapat mengerti semua yang di katakan kaka nya

"Kaka sudah melakukan hal yang kaka bisa, maaf karna meninggalkan mu begitu saja, tapi kaka tetep janji setelah ini selesai kita pasti bisa makan bareng lagi.. sekarang kaka harus kembali ke medan perang bersama para penyihir Stellar lain, dan juga ayah dan ibu kita.." Tubuh Nelo mulai memudar, Alice mulai menyadari nya bahwa Nelo yang di hadapan nya hanya hasil summon dari kaka nya, salah satu sihir milik keluarga nya, Alice kecil menangis sejadi jadi nya, air mata nya mengalir deras memanggil manggil nama kaka nya, ia mencoba menarik lengan si Nelo Clone itu namun tidak dapat teraihnya

"Temukan Eiz" Nelo Clone itu tersenyum lebar sebelum akhir nya benar benar menghilang menjadi cahaya cahaya kecil


Alice kecil menghentikan tangisan nya, walau masih sangat muda namun seorang penyihir telah di beri bekal untuk hal hal seperti ini. ia mengenal naga cahaya yang benama Eiz itu karna naga itu adalah salah satu dari anggota keluarga Eizvonberg, walaupun ia belum pernah sama sekali bertemu dengan nya namun ia sangat mengerti apa yang harus ia lakukan... membuka cakra sihir nya dan mempelajari sihir kuno milik Eiz

-To be continue
Sabtu, 23 Juni 2012
Posted by Anonim

Taman Fantasia : Sebuah Puisi

Taman Fantasia 

Sang pangeran hari tengah berada di ujung barat cakrawala
Langit tersenyum orange dengan manis nya
Kapas langit menari dengan riang menyambut putri rembulan naik ke cakrawala
Cahaya mulai redup, gelepan menari

Selamat datang di taman Fantasi
Para bunga menari nari di soroti lalunan bintang malam
Mereka yang besembunyi dari terik bebas kala itu
Melebarkan celah celah tawa dari sudut bibir kering mereka

Tuhan menciptakan taman Fantasia
Sebuah taman di antara ratusan bencana
Sebuah taman untuk mereka yang jauh dari kenyataan
Untuk mereka yang terusir dari kenyataan

Lalunan petik demi petik harpa emas itu
Mengiringi tarian seribu bunga
Mengalun selaras di taman Fantasia
Menari dalam bebas

Tidak ada darah di taman Fantasia
Tidak ada luka
Tidak ada derita
Dan tidak ada kenyataan 

Sebuah keindahan tanpa kenyataan 
Rabu, 20 Juni 2012
Posted by Anonim

Alter World : Peperangan di Dunia Terbalik (Part 9 Final)

Denga hanya satu pukulan gadis bernama Fiore itu telah membuat pingsan Alice,Safiore,Lucy,Grandine dan Aria, pantas saja Gilbert di dunia ini sampai harus mati untuk melawan nya.

Aku tidak punya pilihan selain mengalahkan nya dan memusnahkan Senjata kiamat milik nya itu, aku berdiri dan mulai menggunakan sihir pendukung untuk diri ku sendiri ini akan menjadi duel ku, duel nyata pertama ku. aku mulai dengan berlari secepat cahaya dan menyerang nya dengan Arkhellion dan serangan kilat ku dapat dengan mudah di halau nya, dan sekali lagi ia mementalkan ku dengan mudah nya

"Yang menyerang duluan akan kalah"  Fiore mengacungkan pedang ku kepada ku yang tersungkur di tanah seakan akan segera membunuhku, ia kemudian mengambil sebuah ancang ancang untuk menebas tubuh ku, aku masih belum dapat menggerakan tubuh ku karna serangan barusan

"Astaga, apa secepat ini aku mati? padahal mereka semua mengharapkan ku" Gumam ku kecil, Fiore sudah siap membunuh ku, pedang nya mulai mengayun, aku menutup mata ku, aku tidak tau apa yang terjadi yang jelas aku tidak merasa seperti terpotong pedang nya

"Payah sekali kau Gilbert"

"Benar-benar tidak dapat membiarkan teman mu tidur dengan nyenyak" Grandine dan Safiore bersama menahan ayunan pedang milik Fiore yang nyaris membunuhku, namun mereka berdua bahkan bukan tandingan untuk Fiore, angkuh nya pedang dan tombak mereka dapat di goyahkan hanya dengan satu tangan oleh Fiore. Aku hendak mengumpulkan sisa tenaga ku untuk melakukan sihir penyembuhan

"Rosaryo Heal" Aliran tenaga mulai mengisi tubuh ku, namun itu bukan sihir penyembuhan milik ku, aku melirik ke arah Alice dan ternyata benar ialah yang melakukan nya

"Kita tidak akan kalah" Kali ini Lucy dan Aria bergabung membantu Safiore dan Grandine, aku menatap Alice dan kemudian Alice mengangguk kepada ku tanda setuju dengan yang akan aku ucapkan nyaitu menyerang. sungguh pertarungan yang tidak imbang kami ber 6 sangat kepayahan melawan Fiore tapi walaupun begitu setelah melakukan banyak kombinasai formasi serangan sekarang Fiore seperti kelelahan karna kami dapat melihat nya dengan jelas dan senjata-senjata kami dapat berbenturan dengan senjata milik nya walaupun kami lagi lagi harus terpental jauh dan terkapar lagi di atas tanah

kami kembali bangkit menyerang, sementara Aria dan Alice melakuan serangan jarak jauh dengan sihir peluru, itu adalah sihir khusus yang dimiliki oleh Aira, aku Safiore dan Grandine menyibukan Fiore dengan senjata jarak dekat

"SEKARANG!!" Teriak Safiore memberi tanda

Yang kemudian di susul dengan peluru sihir raksasa dengan balutan sihir lain nya melesat ke arah Fiore

Ledakan besar terjadi, kali ini kami mengenai nya, Fiore benar benar sudah kelelahan dengan yang kami lakukan sejak tadi.

Tapi sial yang terjadi pada Fiore hanya sebuah kerusakan besar pada armor nya, membuat kami kembali melawan nya dengan sisa tenaga yang ada
Waktu kembali berubah, aku dan Fiore dalam keadaan beradu pedang, teman teman ku sudah benar menguras tenaga mereka sampai ke akhir nya, hanya tinggal pertarungan ku dengan Fiore yang dulu pernah di lakukan Gilbert, Alter Gilbert

"Apa kau ingat telah membunuh ku Fiore" Tanya ku di sela sela adu pedeng kami

"Siapa tau? aku sangat merasa mudah dalam membunuh orang lauin. maaf kan aku"Balas nya dingan, seketika itu lemah dan membuat tubuh ku terjungkal ketanah, membuatku menjadi sasaran pancung yang sangat pas

"Ini akhir nya... Slash EDGE" Pedang yang di gunakan Fiore mengeluarkan cahaya merah darah menakutkan yang menuju arahku tepat dan tiba tiba saja cipratan darah menyentuh tubuh ku, membuah ku benar benar gemeretak takut, marah dan sedih, hati ku berkencamuk, gejolak dalam setiap darah ku bahaikan mulai mendidih saat  ternyata Alice melindingi dengan tubuh nya sendiri.

"Kalahkan dia Gilbert" lalu Alice terjatuh ketanah. aku yang masih terkejut dengan tindakan yang dilakukan Alice sangat gemetar bahkan untuk memanggil nama nya nya saja aku sudah tidak berani sama sekali

"GILBERT!! APA KAU INGIN MEMBUNUH HARAPAN ORANG YANG MELUKAI DIRI NYA SENDIRI DEMI DIRI MU?!" Lucy berteriak bringas "JIKA KAU TIDAK DAPAT MELAKUKAN NYA, AKU YANG AKAN MRMBUNUH NYA... HYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA TYPON SLASHER!!" Lucy kembali mengamuk, namun serangan yang ia lakukan sama sekali tidak memili efek pada Fiore dan Lucy kembali di pukul mundur, hal yang sama terjadi pada Aria,Grandine dan Safiore

"GILRBERT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

"OY GILBERT!"

"GILBERT O'Dyan!!"

 Suara suara teman teman ku bersautan membuat ku berdiri dengan hanya separuh kesadaran "Teman teman, pinjamkan aku kekuatan kalian" ujar ku dalah hati

"Apa yang akan kau lakukan? melakukan balas dendam untuk gadis ini" Fiore menginjak wajah Alice yang sedang tidak sadar

"Jangan sentuh teman teman ku?"

"Hah? mahluk lemah memang nya apa yang bisa kau lakukan dengan keadaaan seperti itu ha?"

"Sudah ku bilang... JANGAN SENTUH TEMAN TEMAN KU!! AAAAAAAA!!!" Cahaya cahaya mulai berkumpul masuk kedalam tubuh ku, aku bisa meresakan semua perasaan teman teman ku, kekuatan mereka mengalir kedalam darah ku "Jadi inilah sang pembawa cahaya" bisik ku pelan

"Gilbert kali ini kau tidak kuizinkan mati" ujar Grandine

Aku menatap Fiore tajam namun mata Fiore hanya menunjukan ekspresi dingin

"Yang memulai duluan tidak selalu menjadi yang kalah!!" Aku melemparkan tongkat cahaya yang baru saja ku summon dengan semua cahaya kekuatan yang di pinjam kan untuk ku "MATILAH KAU!!!" Raung ku

"Apa ini?" Fiore menghalang serangan ku dengan menggunkan satu tangan, menahan dengan pedang nya, tapi tunggu pedang itu mulai retak "Hmm jadi inilah kenapa kau disebut si pembawa cahaya", serangan itu begitu cepat sampai tiba tiba sebuah ledakan besar terjadi, aku terpental jauh begitu pula Fiore dan teman teman ku

Aku tidak terlalu ingat, namun saat sadar aku sudah terluka sangat parah, tidak jauh dari ku aku melihat Alice yang masih belum sadar, aku mendekati nya

"Alice.. bukan Niera ayo bangun kumohon.. kumohon hiduplah.. aku mencintai mu Niera, karna itu bangun lah dan dengar cerita cerita ku lagi" Air mata ku mangalir, membasahi wajah Alice, mereka yang pingsan sudah mulai sadar dan mendekati kami, tangis Aria pecah suasana sangat menyakitkan saat ini

"Jadi... Apa kau akan mejadi pacarku... Gilbert"  Kami semua tersentak diam, menatap Alice dengan wajah penuh harapan, dan tiba tiba wajah Alice ternyeum lebar seakan berkata "Aku baik baik saja" dan tangis kami pun pecah

Kami sudah menghancurkan senjata kiamat milik Fiore, kini Pangeran Sigma telah menghilang, namun semua nya belum berakhir, kedamaian akan selalu menjadi piala bergilir bagi siapa saja yang memenangkan nya

kami kembali ke kota dan mulai kehidupan damai di dunia itu. Aku dan Alice? Tentu saja kami sudah kembali ke dunia nyata, sesekali kami kembali ke dunia dengan langit hijau itu, kami akan terus menjaga kedamaian kedua dunia

-End
Rabu, 13 Juni 2012
Posted by Anonim

Alter World : Peperangan di Dunia Terbalik (Part 8)

Seperti peperangan lain nya, perang dengan pasukan Artaloft memang yang paling menyusahkan, mereka sama sekali tidak memiliki ability bertarung yang sepadan bahkan dengan yang terlemah dari kami hanya saja jumlah mereka yang sangat terlalu banyak lah yang sangat mengganggu kami, jumlah kami hanya sekitar ratusan namun jumlah pasukan Artaloft mungkin sekitar jutaan di tambah lagi mahluk-mahluk yang menjaga istana, mereka juga turut masuk dalam garis penyulit kami

"HEAL RUNE!!" Cahaya putih kebiruan muncul dari tongkat sihir Alice, cahaya itu semakin lama semakin besar dan akhir nya menjadi sebuah cahaya yang cukup besar untuk mendekap kami semua, cahaya itu adalah sebuah sihir penyembuhan dari Alice, bukan hanya dapat menyembuhkan luka tapi sehir itu sama baik nya untuk memperbaiki stamina

8 Jam berlalu dan peperangan masih terus berlanjut, jika kehadiran ku di dunia ini masih lah baru aku pasti sudah terbangun dari tidur dan keluar dari dunia yang ini, tapi lama berlatih disini membuatku bisa seahli Alice untuk datang dan pergi dari dunia ini.

Kami terus berusaha mendekati langsung Istana milik Pangeran Sigma, tubuh tubuh pasukan Artaloft dan penjaga istana berguguran sepanjang langkah kami yang membentuk sebuah formasi anak panah untuk maju, dengan sulit akhirnya kami dapat menapaki sebuah tangga yang berarti pintu terdepan untuk sampai ke istana Sigma kami sangat lega sekaligus membara sebelum suara yang mencengangkan kami muncul

"Cih dasar anak buah tidak berguna, harus nya aku tidak menggunakan budak budak seperti itu lagi" serentetan suara muncul dari arah yang sedang kami tuju, suara itu terdengar sangat halus dan baik di telinga

"SIGMA!!" Grandine menyerkit parau, wajah nya terlihat mulai mengucurkan keringan dingin

"Astaga, ini terlalu cepat, taktik Gelirya sudah gagal, sekarang kita bertemu dengan yang paling menyusahkan" Ujar Safiore

"Apa ini suara Panger..." Aku tidak dapat meneruskan kalimat ku, sebuah sosok seakan membawa badai yang menalan kalimat ku untuk keluar, sosok Sigma itu muncul perlahan, membuat ku terkenyit kaget menemukan bahwa seorang dengan gelar Pangeran Kegelapan adalah seorang gadis cantik dengan rambut panjang dengan gaya poni tail dan mata emas yang indah

"Dia datang" Alice memperingatkan ku, tongkat nya sudah sangat siap untuk merapalkan sihir sihir ajaib nya

Aku yang berasumsi bahwa sebutan Putri akan lebih cocok dengan nya segera menghilangkan Valkerye dan menyumon Arkhellion sebuah Dual Sword bermata ganda dengan warna hitam pekat dan pola uniik di sekitar mata bilah pedang, namun aku sangat salah kira, belum sempat posisi pedang ku berubah ke mode bertarung teman teman yang berada di belakang ku sudah berterbangan entah kenapa, dan setelah sadar tenyata yang masih berdiri dengan sadar hanya aku,Alice,Safiore,Lucy,Grandine dan Aria.

"Mengerikan" Lucy terdengar takut, namun wajah nyas sama sekali tidak bergeming, ia mengeluarkan pedang yang sempat terselip masuk kedalam lengan baju nya seperti biasa nya dan berlari menyerang Sigma tengah berdiri tepat di depan kami dengan pedang merah nya

"MATI KAU SIGMA!!" Lucy dan Safiore serempat meraung dan kombinasi tarian pedang  mereka pun di mulai, namun sangat tidak biasa, tarian kematain Lucy dan Safiore sama sekali tidak berlumuran darah seperti biasa nya padahal aku yakin serangan nya mengenai tubuh Sigma

"Kenapa orang selalu memanggilku dengana nama ayah ku, aku bukan orang itu, aku adalah seorang gadis yang menguasai kematian Fiore Sigma" Suara lembut itu muncul dari sosok Sigma yang sekarang akan ku panggil dengan nama Fiore.

"Kenapa? aku yakin aku dan Safiore mengenai nya" Geram Lucy sebelum sebelum sosok Fiore tiba tiba muncul di hadapan mereka. aku mengerti sekarang gerakan yang di lakukan Fiore sangat lah cepat dan tanpa suara, mata kami semua telah di tipu

"Rewall Visio" Aku mengeluarkan sihir cahaya untuk membantu teman ku yang masih berdiri agar mereka dapat melihat pergerakan Fiore

"Tidak perlu gentar, kita lakukan serangan Gladius" Grandine memerintahkan kami, dengan sigap kami bersiap dalam posisi tempur terkuat, kombinasi dari para pejuang Alter terkuat

"Time Alter, Bowlcounter! Frost Chains! Elemental CRUSH! Deadly Slash! Sacred Amo! Preassure Slash!" Rentetan serangan kami lontarkan baik sihir senjata jarak dekat maupun jauh.

debu membumbung tinggi ke udara, aku yakin kaim telah mengenai nya bagaimanapun aku menggunakan Time Alter untuk memperlambat gerakan nya

"Apa kalian meleset?" Suara itu berasal dari arah belakang kami, membuat kami sontak meneguk ludah "Bloddy Graviton" Fiore mengayunkan pedang nya yang kemudian cahaya gelap berwarna merah kehitaman muncul menghantam kami semua yang lalu meledak, kami semua terpental cukup jauh

"Apa itu, Time Alter sama sekali tidak memberikan nya efek" Ucap ku terperanggah "Teman teman, kalian tidak apa-apa?" Sambung ku namun tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab "ASTAGA MEREKA TIDAK SADARKAN DIRI!"

-To be continue 
Posted by Anonim

Alter World : Peperangan di Dunia Terbalik (Part 7)

Aku kembali di dunia dengan langit yang berwarna hijau. Aku duduk di sebuah pohon mongolia yang cukup besar, cukup teduh di sini, langit hijau disini sangat menenangkan, bagaimanapun aku harus bersiap untuk sebuah takdir besar yang akan menjemputku tak lama lagi... aku menggela nafas yang sangat panjang, berharap sedikit beban fikiran ku menguap.

aku sudah cukup lama di dunia ini, waktu yang kulewatkan ku isi dengan latihan demi latihan untuk memperkuat diri serta menyiapkan semua strategi yang mungkin kami akan perlukan, walau pun begitu aku merasa sedikit khawatir tetang rencana yang aku buat bersama semua pejuang semalam, apalagi kini benar benar menganggapku sebagai seorang yang akan menyelamatkan dunia mereka dan dunia kedua ku ini.

"Apa kau akan disitu seharian Gil?" Lucy berjalan mendekati ku

"Aku hanya sedang mendinginkan kepala ku Lucy, Alice bilang latihan ku sudah selesai, jadi tidak lama lagi kita pasti akan melakukan penyerangan dengan taktik itu" Jawab ku setiba nya Lucy di sampingku

 "Gelirya, memang benar.. ternyata di bicarakan berapa kali pun taktik itu tetap yang paling mungkin untuk kita agar dapat memenagkan perang dengan para Artaloft milik Pangeran Sigma"

"Ya, awal nya aku kira dengan melakukan serangan frontal kita dapat menang dengan mudah, namun setelah kejadian beberapa bulan lalu untuk pertama kali nya aku bertarung dengan musuh dengan kekuatan Alter Gilbert menyerang dengan sembarangan hanya akan membawa kematian untuk kita semua" Wajah ku sedikit terlihat murung, membuat garis di wajah Lucy terbaca khawatir "Tapi ya, kau tau Lucy, kita bisa membebaskan kedua dunia dari kehancuran" Sambung ku dengan wajah merona bahagia yang di sambut senyuman manis Lucy

Kami melewati beberapa jam di bawah pohon mongolia itu, aku sudah menjadi dekat dengan semua nya terutama Alice dan Lucy, kalau Alice jelas saja kami dekat, di dunia nyata kami adalah teman sekelas dan nama nya adalah Niera

Setelah malam itu hari hari seperti bisa sering aku lewati di dunia berlangit hijau itu, tidak lama lagi pangeran Sigma akan menggunakan sebuah senjata yang mereka sebut adalah senjata kiamat yang akan menghancurkan kedua dunia, dunia ku dan dunia ini.

Kami melakukan persiapan, sampai semua nya sudah siap aku dan beberapa pejuang yang akan berada di garis depan mengajak semua nya untuk berkumpul dan melakukan rapat terakhir, menyusun sekali lagi rencana Gelirya milik ku dan memotivasi semua nya untuk berjuang. semua nya terlihat sangat bahagia dan yakin bahwa kedamaian akan kembali pada kehidupan mereka

"Akhir nya dimulai juga"

"Kita pasti bisa menang"

"Pangeran Sigma itu akan mati"

"Dunia akan damai"

Suara suara penuh keyakinan terdengar dari arah yang berada di depan ku, aku memalingkan tatapan kearah rekan-rekan ku pasukan garis depan dan mereka tersenyum ke arah ku

"AYO BERPERANG!!" teriak Lucy dengan semangat

"O!!!!!" Semua semangat menjadi satu, semua pedang,panah,senjata api,tongkat,tompat, dan semua senjata sejata yang kami genggam mengacung keudara

Rapat terakhir telah usai, pasukan kami mulai bergerak,tujuan kami hanya satu yaitu mengembalikan dunia Alter

Kami berjalan sesuai rencana yang telah kami buat bersama dalam waktu yang cukup lama, melalui banyak pencarian informasi dan peperangan melawan pihak seseorang yang di kenal dengan Pangeran Sigma untuk dapat melakukan serangan kejutan ke tempat mereka berlindung, sekaligus untuk menghancurkan benda yang di sebut Lacrima sebuah senjata pencipta kiamat milik Pangeran Sigma

"Apa yang fikirkan Gil?" Suara Alice memecah lamunan ku

"Eh, bukan apa-apa, hanya saja ini lebih jauh dari yang ku perkirakan" Jawab ku singkat

"Aku sependapat dengan mu, ini sudah 5 hari setelah kita berangkat"

"Tapi kalian tau? tidak ada dari kita yang terlihat lelah selain kalian berdua HAHAHA" Suara itu adalah milik seorang dengan julukan Grandine the soul seeker, ia ku kenal dalam beberapa bulan lalu setelah perang pertama ku, ia cukup baik untuk seorang lelaki namun dengan julukan seperti itu siapa pun tidak akan berani macam-macam pada nya, dengan mendengar nama nya saja tulang mu akan bergetar.. aku sangat bersyukur orang macam dia ada di pihak kami

"Grandine jangan bicara yang tidak sopan... Gilbert, Alice tolong maafkan perkataan nya" Seorang wanita tiba-tiba muncul dari arah belakang ku, aku sama sekali tidak merasakan kehadiran nya sampai dia sudah berada di dekat ku seperti ini.. Nama nya adalah Aria, dia adalah pengguna senjata jarak jauh bisa di bilang seorang Scouter, kemampuan nya dalam menyembunyikan keberadaan sangat luar biasa

"Aaah Aria, aku tidak melakukan apa-apa, aku juga tidak bicara dengan tidak sopan, aku hanya.. aku hanya" Grandine tidak dapat meneruskan kalimat nya, mata Aria begitu tajam mengarah kearah nya. tidak di sangka seorang dengan julukan dewa kematian dapat lemh dihadapan seorang gadis

"Wehehe sudah sudah, benar yang di katakan Grandine, ia sama sekali tidak melakukan apapun Aria" Aku mencoba mencairkan suasana

"Begitu kah? syukurlah" Balas Aira dengan wajah yang sudah kembali normal

"Kalian.. Lihat lah itu.." Ujar Alice

"Ada apa Alice?" Balas ku

"Itu....." Lucy terperanggah

"Seperti nya kita akan segera memulai nya" Sela Grandine

"Ini tidak akan mudah" Tegas ku

Kami semua sudah tiba di daerah yang akan kami serang, namun bukan itu yang yang menjadi point di kepala kami, tempat itu, tepat nya sebuah instana hitam yang sangat besar dengan menara-menara yang tidak terlihat dimana puncak nya berada di atas kami di sekitar nya berterbangan mahluk mahluk buas yang menjadi penjaga terluar dari istana itu.. istana Sigma... Isatana hitam... yang terbang.

"Seperti nya Gelirya tidak akan berguna sekarang" Ujar Safiore yang serta se'ekor naga hitam menyongsong kearah nya dengan ganas

"RENCADA B!!" Pekik Alice dengan sekuat tenaga, suara nya dapat terdengar oleh semua yang ada di maju bersama nya

aku sama sekali khawatir dengan membuang Gelirya, namun tidak ada pilihan lain, aku harus bertarung, tidak, kami harus bertarung di sini

-To be continue
Minggu, 10 Juni 2012
Posted by Anonim

Rodeon-File Translator

Popular Post

Labels

Followers

Blog Archive

- Copyright © 2013 Rodeon's-Files -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -