Archive for Januari 2013
Di Bawah Cahaya Bulan
Pada zaman dahulu kala, sebuah desa kecil bernama Eureillia tumbuh besar di tempat terpencil di sudut bumi, kota kecil yang di kelilingi lautan dan perbukitan yang saling sambung menyambung, menjadikan sebuah tempat yang aman dari sentuhan luar.
Para orang tua di Eureillia tidak pernah membiarkan anak-anak mereka mendekati puncak bukit, bahkan mereka tidak akan membiarkan satupun dari anak mereka untuk menyentuhkan kakinya di luar kota sebelum mereka genap 17 tahun "Di sana ada penyihir jahat yang gemar sekali memakan anak-anak" ujar siapapun yang melihat anak-anak bermain terlalu jauh dari pinggir desa.
Mitos itu telah menjadi kental di desa Eureillia selama bertahun-tahun, tidak ada yang tau apa asal dan kapan mitos itu mulai terpatri di dalam fikiran setiap penduduk desa Eureillia, bahkan telah bertahun-tahun lamanya meraka tidak pernah menemukan tanda-tanda ada manusia atau mahluk pintar lainnya yang tinggal di perbukitan sekitar.
Suatu ketika seluruh desa di buat kalang kabut tidak karuan, tidak pernah terbayangkan bahwa ada sekelompok anak yang nekat melihat sekitar perbukitan.
Sudah lebih dari tiga hari Chierry dan Mavis menghilang dari kota, kedua bocah kaka beradiak itu telah lama tinggal sendiri setelah kedua orang tuanya tewas entah kenapa, mereka seperti di paksa mengeluarkan seluruh darah dari dalam tubuhnya.
Malam semakin larut, cahaya bulan purnama terang menjadi pembantu yang sangat membantu di saat obor-obor api yang sebelumnya menyala-nyala redup mati tertiup kuatnya hembusan angin malam yang sangat kuat.
Walau sudah mencari kesana kemari namun Chierry maupun Mavis tidak kunjung di temukan "Hanya satu tempat yang belum kita periksa!" ujar salah satu pemuda desa
"Kita harus mencari mereka di hutan yang berada di sebelah sana" menyambungkan
"Tidak, kita tidak harus" sergah seorang lainnya
"Apa yang kau katakan? kita harus menemukan meraka! mereka berdua adalah anak dari desa kita! tanggung jawab milik kita"
"Tapi hutan itu, tidak ada satupun yang pernah keluar dari sana"
"Memang benar, itu karna tidak ada yang pernah memasukinya"
"Karna itulah kita tidak perlu kesana"
"Tidak! kita harus memeriksanya", perdebantan panjang terjadi orang-orang desa terbagi menjadi dua pihak, antara pihak yang ingin memasuki hutan dan pihak yang tidak ingin memasuki hutan
"Jika kalian tidak ingin terus maka pulanglah, biar kami yang mencari Chierry dan Mavis" kemudian merekapun memecah arah, perasaan tidak enak menerpa mereka yang meninggalkan rombongan dan memutuskan untuk kembali ke desa
Setibanya mereka di desa yang terjadi tidak terlihat wajar, walau sudah sangat larut namun lampu-lampu rumah belum ada yang menyala, padahal saat itu belum waktunya unt
uk tidur, mereka yakin bahwa masih ada yang tinggal di desa saat mereka mencari dua bocah yang mengilang itu.
kemudian langkah kaki kecil terdengar tampak mendekati rombongan, perlahan cahaya bulan mulai menyinari arah datangnya suara, kemudian terlihatlah dua orang manusia, seorang lelaki dan seorang lagi wanita, keduanya terlihat sangat muda, kaki-kaki kecil mereka berjalan di jalanan batu tanpa alas kaki, setiap mereka melangkah sebuah bercak gelap tertinggal.
Cahaya bulan telah sepenuhnya menampakan kedua wujud muda itu, rombongan itu tersengat rasa kaget dan ngeri yang besar, menghentikan waktu mereka.
"Sebegitu takutkah kalian pada penyihir?"
-End
Para orang tua di Eureillia tidak pernah membiarkan anak-anak mereka mendekati puncak bukit, bahkan mereka tidak akan membiarkan satupun dari anak mereka untuk menyentuhkan kakinya di luar kota sebelum mereka genap 17 tahun "Di sana ada penyihir jahat yang gemar sekali memakan anak-anak" ujar siapapun yang melihat anak-anak bermain terlalu jauh dari pinggir desa.
Mitos itu telah menjadi kental di desa Eureillia selama bertahun-tahun, tidak ada yang tau apa asal dan kapan mitos itu mulai terpatri di dalam fikiran setiap penduduk desa Eureillia, bahkan telah bertahun-tahun lamanya meraka tidak pernah menemukan tanda-tanda ada manusia atau mahluk pintar lainnya yang tinggal di perbukitan sekitar.
Suatu ketika seluruh desa di buat kalang kabut tidak karuan, tidak pernah terbayangkan bahwa ada sekelompok anak yang nekat melihat sekitar perbukitan.
Sudah lebih dari tiga hari Chierry dan Mavis menghilang dari kota, kedua bocah kaka beradiak itu telah lama tinggal sendiri setelah kedua orang tuanya tewas entah kenapa, mereka seperti di paksa mengeluarkan seluruh darah dari dalam tubuhnya.
Malam semakin larut, cahaya bulan purnama terang menjadi pembantu yang sangat membantu di saat obor-obor api yang sebelumnya menyala-nyala redup mati tertiup kuatnya hembusan angin malam yang sangat kuat.
Walau sudah mencari kesana kemari namun Chierry maupun Mavis tidak kunjung di temukan "Hanya satu tempat yang belum kita periksa!" ujar salah satu pemuda desa
"Kita harus mencari mereka di hutan yang berada di sebelah sana" menyambungkan
"Tidak, kita tidak harus" sergah seorang lainnya
"Apa yang kau katakan? kita harus menemukan meraka! mereka berdua adalah anak dari desa kita! tanggung jawab milik kita"
"Tapi hutan itu, tidak ada satupun yang pernah keluar dari sana"
"Memang benar, itu karna tidak ada yang pernah memasukinya"
"Karna itulah kita tidak perlu kesana"
"Tidak! kita harus memeriksanya", perdebantan panjang terjadi orang-orang desa terbagi menjadi dua pihak, antara pihak yang ingin memasuki hutan dan pihak yang tidak ingin memasuki hutan
"Jika kalian tidak ingin terus maka pulanglah, biar kami yang mencari Chierry dan Mavis" kemudian merekapun memecah arah, perasaan tidak enak menerpa mereka yang meninggalkan rombongan dan memutuskan untuk kembali ke desa
Setibanya mereka di desa yang terjadi tidak terlihat wajar, walau sudah sangat larut namun lampu-lampu rumah belum ada yang menyala, padahal saat itu belum waktunya unt
uk tidur, mereka yakin bahwa masih ada yang tinggal di desa saat mereka mencari dua bocah yang mengilang itu.
kemudian langkah kaki kecil terdengar tampak mendekati rombongan, perlahan cahaya bulan mulai menyinari arah datangnya suara, kemudian terlihatlah dua orang manusia, seorang lelaki dan seorang lagi wanita, keduanya terlihat sangat muda, kaki-kaki kecil mereka berjalan di jalanan batu tanpa alas kaki, setiap mereka melangkah sebuah bercak gelap tertinggal.
Cahaya bulan telah sepenuhnya menampakan kedua wujud muda itu, rombongan itu tersengat rasa kaget dan ngeri yang besar, menghentikan waktu mereka.
"Sebegitu takutkah kalian pada penyihir?"
-End
Bolehkan Aku Menjerit?
Reynalle Cryska nama nya terpahat menjadi salah satu kesatria terbaik dalam kerajaan bernama Zenonia. ia dan kesatria-kesatria lain nya di utus untuk melakukan misi kemanusiaan membantu negara bagian yang sedang di gerus perang, namun sial menjemput mereka dengan cepat, tanpa di duga dan dan tanpa di harapkan sebuah badai besar menghantam dan menenggelamkan kapal yang di tumpangi oleh prajurit dan Kesatria kesatria terbaik Zenonia.
Sebagian besar dari tubuh nya di hiasi luka bakar terpapar panas nya matahari. mau bagaimana lagi, badai besar itu terjadi secara tiba-tiba saat semua sedang menikmati istirahat malam dengan santai, membuat nya menjadi seorang yang sial dan beruntung di waktu yang bersamaan, jika ia sedang waspada ia pasti telah mati tenggelam karna baju zirah yang ia kenakan, tapi ia tidak menggunakan nya dan hanyut terbawa arus laut berhari hari hingga akhirnya menemukan pulau asing yang sekarang ia baringi dengan sangat lemas.
Cryska mencoba menggerakan tubuh nya, ia mencoba menarik kaki nya yang setengah terendam ombak laut untuk menghindari kembali terseret kedalam lautan, itu akan membunuh nya. usaha keras nya untuk bergerak terlihat sia sia, tak se'inci pun dari tubuh yang menuruti perintah nya, di tambah lagi dengan pasir dan air laut yang memenuhi tenggorokan nya benar benar membuat keadaan nya semakin memburuk.
"Aaah kau mungkin bisa beristirahat sebentar lagi Cryska, setidaknya kau akan aman sebelum pasang naik" seseorang sepert membisikan sesuatu kedalam kepala Cryska. ia sendiri tidak begitu yakin tetepi mungkin itu adalah rencana yang cocok untuk keadaan nya sekarang.
Angin lautan perlahan bertiup menjadi lebih dingin, Cryska membuka matanya yang sayup sayup di silaukan oleh sinar matahari yang mengoren di ufuk barat, air laut yang sebelum nya hanya merendam kakinya kini merayap naik mendekati dada nya "sepertinya kali ini sinyalku untuk merayap kedaratan yang lebih kering" Cryska mulai mencoba menggerakan lagi tubuh kesatria kelelahan miliknya, dengan sangat perlahan seiring naiknya permukaan air laut tubuhnya bergerak sedikit demi sedikit menjauhi bibir pantai "Bagus! kali ini mereka menuruti perintahku, ayo terus bergeraklah tubuh ku" dengan sangat sulit dan keras Cryska pada akhirnya dapat masuk lebih jauh kedaratan pulau yang lebih kering langit pun sudah menjadi sangat gelap, ia masih belum pulih dari rasa lelahnya karnanya ia tidak mencoba lebih jauh untuk masuk kedalam pulau hingga ia dapat kembali berdiri dengan kedua kakinya.
"Ah aku tidak menyangka, tidur di atas pasir pantai yang hangat dapat senyaman ini" Cryska mulai kembali berbicara sendiri "Oh tuhan aku tidak dapat membayangkan apa yang terjadi pada pasukan ku? bahkan aku sendiri harus berakhir sulit seperti ini" kekawatirannya tentang rombongan yang ikut bersamanya membuat Cryska menitikan tetes demi tetes air matanya. Cryska tidak pernah memperlihatkan sisi feminimnya itu kepada siapapun, tanggung jawabnya cukup keras untuk seorang wanita yang hidup di jalan kesatria. telah bersusah payah menjauhi bibir pantai telah banyak menguras tenaga Cryska yang belum benar-benar pulih. "Jika aku berada di lingkungan kerjaan Zenonia upah ku pasti akan di potong jika terlihat malas malasan seperti ini haha.. kurasa aku akan tidur lagi" setelah mengatakan hal itu pada dirinya sendiri Cryska kembali menutup matanya dan tertidur.
Pagi menjemput, Cryska dapat membuka matanya dengan lebih tenang, hangatnya matahari yang menembus kulit Cryska yang penuh luka bakar terasa sangat nyaman untuk Cryska. ia sendiri sudah mulai terbiasa dengan keadaan yang di alaminya "Aku harus makan sesuatu, sejak kapal tenggelam hanya ikan mentah dan air laut yang masuk kedalam tubuh ku." pikirnya "Ajaib sekali bagiku karna masih hidup" Cryska kembali menggerakan tubuh nya, dengan perlahan tangannya meraih batang pohon kelapa untuk membantu nya berdiri. dengan sangat hati hati agar tidak menimbulkan luka lain yang tidak perlu pada tubuhnya karna jelas sekali kulit yang terbakar matahari akan lebih tipis dari kulit yang tidak terbakar lalu jika luka luka itu berada dalam masa penyembuhan permukaannya akan menjadi sangat keras, jadi gerakan yang tidak perlu akan membuka lain yang harusnya tidak perlu dan akan membuat keadaan lebih buruk.
Tetapi seberapa kerasnya Cryska mencoba, terombang ambing di lautan berhari telah menguras tenaganya, tubuhnya belum benar-benar dapat berdiri, kaki-kakinya masih bergetar saat menumpu tubuhnya "Astaga, setidaknya biarkanlah aku mati di tanah airku" decak Cryska. Sebelum Cryska sepenuhnya berdiri suara semak berdesis membuatnya waspada "SIAPA DISANA?" pekiknya, dalam pikirannya ia berdoa bahwa yang akan muncul bukanlah sebuah masalah, ia pasti akan celaka.
Segelombolan srigala hitam satu-persatu muncul dari semak itu "Sial, celakalah aku..... tapi tunggu apa yang dilakukan srigala di pantai? aku harus berusaha sebisa mungkin untuk tidak malakukan langkah bodoh yang akan membuat srigala-srigala itu terkejut dan menyerangku, mereka adalah hewan buas, aku tidak yakin dapat bertahan kali ini, tidak dengan tubuh sekarat seperti ini.. Sial"
Mereka mulai mendekati Cryska "Celakalkah", satu dari mereka sangat mencolok, ia tidak seperti srigala yang berada di belakangnya kemungkinan ia adalah seorang pemimpin dan pemimpin kelompok srigala yang satu ini cukup unik dengan sepasang tanduk hitam di kepalanya "Wahai gadis muda, percayalah, usahamu adalah sia-sia, kami adalah suku asli pulai ini, dan dalam waktu beberapa jam lagi kau akan berubah seperti kami"