Archive for April 2012
Seraphine : Tanah Para Pemusik (Part 4)
Tidak seperti yang di bayangkan Nina, Holocaust musik yang di katakan adalah
jalan keluar untuk kembali merebut tanah Seraphine tidak lah mudah dan cepat
untuk di pelajari, sudah sekitar satu minggu ia, Liearra dan Noa mempelajari
musik itu namun belum menemukan hal yang berarti, musik yang mereka mainkan
sangat terdengar buruk, sumbang dan menyakitkan, padahal tuan Liearzard
mengatakan bahwa Holocaust adalah musik yang amat indah walau sihir nya begitu
menakutkan
"Sulit sekali... apa sesulit ini kah musik?" Keluh Nina kemudian menurunkan sebuah Biola dari pundak nya
"Nina! kemana semangat mu? kau tau ini sudah 11 hari setelah desa kita di kuasai manusia.. apa kau tidak berfikir seperti apa keadaan di sana? jika kita tidak segera menyelesaikan musik ini desa kita akan benar benar musnah Nina" Ujar Liearra
"Benar Nina, kita tidak boleh menyerah disini, ini adalah satu satu nya cara kita menyelamatkan tanah suci Seraphine" Lanjut Noa
"Tapi..." Nina kembali mengeluh namun hanya satu kata yang dapat ia ucapkan ketika Nigtro dan Tuan Lieazard datang mendatangi mereka
"Seperti nya kalian belum menemukan jawaban dari kertas kertas itu?" tanya Lieazard
"Seperti yang akan anda dengar tuan" Keluh Liearra sebari mengajak Noa dan Nina untuk memainkan Holocaust di depan Tuan Leiazard, namun benar benar, sampai akhir nada pun suara yang di hasil kan alat musik mereka sangat lah menyakitkan tidak seperti yang di katakan tuan Liezard sebelum nya
"Seperti itulah tuan" lanjut Liearra sebari mengela nafas panjang
"Kalian tau? kalian tidak harus memaikan musik denga bakat kalian" ujar Lieazard
"Maksud tuan?" Nina memasang wajah penuhn kebingungan, bagi mereka musik adalah sesuatu yang biasa nya mudah untuk mereka, musik seperti mengalir di dalam aliran darah mereka
"Bagaimana kami bisa menguasi Holocaust tuan? tolong beri kami petunjuk lagi" Sambung Noa
"Berhenti memikirkan bahwa musik adalah mainan keturunan kalian, memainkan Holocaust tidak semudah yang kalian bayangkan, kurasa kalian sudah mengerti, tapi kalian masih belum mengerti masalah kalian terletak di sebelah mana" jelas Lieazard
"Lalu di mana kesalahan mereka Tuan Lieazard?" Ujar Nigtro
"Mereka tidak akan pernah bisa menyelamatkan Serarin, sudah di katakan bahwa salah satu satu nya cara untuk mengusir perusak yang memasuki Seraphine adalah dengan menggunakan kekuatan sihir dari Holocaust tapi untuk mengerti kesalah kecil musik mereka" jelas Lieazard lagi
"Kalau begitu apakah kau akan memberitahukan dimana kesalahan kami tuan? ku mohon" Liearra memohon
"Tolong beri tahu kami tuan" Lanjut Noa
"Tentu saja aku akan memberitahukan nya, bagaimana pun Seraphine adalah tanah ku dan aku sudah siap untuk ikut berperang di sisi kalian" Lieazard tersenyum lalu memberikan 3 alat musik kepada masing masing dari Noa , Liearra, dan Nina yang di sambut dengan wajah heran dari 3 Serarin muda itu
"Bukan, ini bukan kesalahan kalian, alat musik ini adalah milik Serarin kuno yang menggunakan Holocaust untuk mengusir bangsa RuszDrazo dari tanah Seraphine" Ujar Leazard
"Ini yang akan kami gunakan? tuan? lalu kenapa kami tidak bisa memaikan Holocaust dengan baik?" Balas Noa
"Baiklah, selain musik alat ini juga mengandung kekuatan sihir yang besar. lalu untuk dapat memainkan Holocaust dengan baik kalian harus menjadi seorang Serarin" jawab Lieazard
"Kami memang seorang Serarin tuan" Balas Nina
"Serarin bukan bangsa yang bermain musik, tapi mereka adalah bangsa yang mengerti perasaan musik" Dengan wajah dingin Lieazard menjelaskan. ke 3 Serarin di hadapan nya hanya diam dan memperhatikan setiap kata yang di ucapkan Lieazard dengan sebaik baik nya "Kemudian bagaimana kalian bisa mengerti perasaan musik yaitu dengan mengerti perasaan alat musik kalian, dan untuk mengerti itu kalian harus mengerti tentang diri kalian, itulah kunci nya"
"Mengerti diri kami?" tanya Nina
"Ya, jadilah diri kalian sendiri dan temukan Holocaust kalian sendiri dengan alat musik kalian" balas Lieazard
"Kalau bergitu" Liearra berdiri dan mengambil Harpa kecil milik nya sendiri bukan yang di berikan oleh Lieazard, kemudian ia memejam mata nya selama beberapa detik lalu memaikan nada nada Holocaust, dan dengan ajaib Harpa nya mulai memainkan nada yang indah, ia berhenti dan terkejut "Ini berkerja!" Sorak Liearra kemdian Noa dan Nina mengikuti yang di lakukan Liearra dengan Biola dan Saxophone mereka, tidak ada yang mengambil alat musik yang di berikan oleh Lieazard
Nigtro dan Lieazard tersenyum kemudian Lieazard mengambil alat musik yang sebelum nya ingin ia berikan, kini lantunan Holocaust secara ajaib bernyanyi dengan sangat indah, ke 3 Serarin itu tersenyum dengan sangat puas, keceriaan jelas tersirat di wajah mereka bayangan akan merebut tanah mereka kembali akan sangat dekat. malam itu tidak seperti biasa nya sebuah pesta kecil di adakan oleh penduduk desa bangsa Melophine semua nya bersuka cita dalam remang nya cahaya api unggun.
"Tidak lama lagi kita akan kembali ke Seraphine" ujar Lieazard "Kami para Melaphine akan ikut dalam peperangan bersama Serarin pelantun Holocaust, lawan kita kali ini bukan makluk langit maupun neraka mereka adalah manusia dari seberang hutan kunang kunang, bagaimana pun hutan dan tanah Seraphine harus di jaga, aku sebagai tetua di Melophine menyetus kan bahwa Melophine akan kembali melindungi para Serarin dan tanah Seraphine!!" sebuah pidato kecil dari Lieazard yang kemudian di sambut dengan sorak sorai pengunjung pesta. pesta itu benar benar meriah semua nya menikmati keadaan dalam pesta itu bahkan Noa pun ikut adu minum minuman keras yang di buat dari sari bunga dan tumbuh tumbuhan hutan kunang-kunang, namun itu tidak terjadi pada Liearra dan Nina
"Ada apa kalian berdua, bahkah kalian tidak menghabiskan apa yang kami sajikan" Suara Nigtro memecah bisu Liearra dan Nina
"Nigtro?" tanya Nina
"Kau fikir aku siapa?" Balas Nigtro ketus "kalian sudah menjadi pelantun Holocaust senjata sihir terkuat kaum kita apa yang kalian risaukan?" sambung nya
"Ini soal waktu" Sela Liearra "Walaupun kami sudah menguasai musik yang dapat mengembalikan semua nya kembali seperti semua tapi waktu yang kami habiskan disini cukup lama apakah akan baik baik saja? di tambah lagi kita belum juga menemukan Zira adik mu" tambah nya lagi
"Benar juga, aku jadi memikirkan bagaimana keadaan Zira di tangan para penipu itu" Geram Nigtro
"Nina ada apa? minuman mu tumpah apa kau melamun?" Liearra yang melihat Nina bertingkah aneh penasaran
"Ah tidak apa-apa aku hanya tidak sabar untuk pulang, aku yakin semua nya akan kembali seperti semula"
Ucapan Nina di beri anggukan manis oleh Nigtro dan Liearra, kemudian pesta Melophine semakin meriah, malam semakin larut, hanya dalam hitungan jam maka Holocaust akan di gunakan untuk membalik keadaan tanah Seraphine
-To be continue
"Sulit sekali... apa sesulit ini kah musik?" Keluh Nina kemudian menurunkan sebuah Biola dari pundak nya
"Nina! kemana semangat mu? kau tau ini sudah 11 hari setelah desa kita di kuasai manusia.. apa kau tidak berfikir seperti apa keadaan di sana? jika kita tidak segera menyelesaikan musik ini desa kita akan benar benar musnah Nina" Ujar Liearra
"Benar Nina, kita tidak boleh menyerah disini, ini adalah satu satu nya cara kita menyelamatkan tanah suci Seraphine" Lanjut Noa
"Tapi..." Nina kembali mengeluh namun hanya satu kata yang dapat ia ucapkan ketika Nigtro dan Tuan Lieazard datang mendatangi mereka
"Seperti nya kalian belum menemukan jawaban dari kertas kertas itu?" tanya Lieazard
"Seperti yang akan anda dengar tuan" Keluh Liearra sebari mengajak Noa dan Nina untuk memainkan Holocaust di depan Tuan Leiazard, namun benar benar, sampai akhir nada pun suara yang di hasil kan alat musik mereka sangat lah menyakitkan tidak seperti yang di katakan tuan Liezard sebelum nya
"Seperti itulah tuan" lanjut Liearra sebari mengela nafas panjang
"Kalian tau? kalian tidak harus memaikan musik denga bakat kalian" ujar Lieazard
"Maksud tuan?" Nina memasang wajah penuhn kebingungan, bagi mereka musik adalah sesuatu yang biasa nya mudah untuk mereka, musik seperti mengalir di dalam aliran darah mereka
"Bagaimana kami bisa menguasi Holocaust tuan? tolong beri kami petunjuk lagi" Sambung Noa
"Berhenti memikirkan bahwa musik adalah mainan keturunan kalian, memainkan Holocaust tidak semudah yang kalian bayangkan, kurasa kalian sudah mengerti, tapi kalian masih belum mengerti masalah kalian terletak di sebelah mana" jelas Lieazard
"Lalu di mana kesalahan mereka Tuan Lieazard?" Ujar Nigtro
"Mereka tidak akan pernah bisa menyelamatkan Serarin, sudah di katakan bahwa salah satu satu nya cara untuk mengusir perusak yang memasuki Seraphine adalah dengan menggunakan kekuatan sihir dari Holocaust tapi untuk mengerti kesalah kecil musik mereka" jelas Lieazard lagi
"Kalau begitu apakah kau akan memberitahukan dimana kesalahan kami tuan? ku mohon" Liearra memohon
"Tolong beri tahu kami tuan" Lanjut Noa
"Tentu saja aku akan memberitahukan nya, bagaimana pun Seraphine adalah tanah ku dan aku sudah siap untuk ikut berperang di sisi kalian" Lieazard tersenyum lalu memberikan 3 alat musik kepada masing masing dari Noa , Liearra, dan Nina yang di sambut dengan wajah heran dari 3 Serarin muda itu
"Bukan, ini bukan kesalahan kalian, alat musik ini adalah milik Serarin kuno yang menggunakan Holocaust untuk mengusir bangsa RuszDrazo dari tanah Seraphine" Ujar Leazard
"Ini yang akan kami gunakan? tuan? lalu kenapa kami tidak bisa memaikan Holocaust dengan baik?" Balas Noa
"Baiklah, selain musik alat ini juga mengandung kekuatan sihir yang besar. lalu untuk dapat memainkan Holocaust dengan baik kalian harus menjadi seorang Serarin" jawab Lieazard
"Kami memang seorang Serarin tuan" Balas Nina
"Serarin bukan bangsa yang bermain musik, tapi mereka adalah bangsa yang mengerti perasaan musik" Dengan wajah dingin Lieazard menjelaskan. ke 3 Serarin di hadapan nya hanya diam dan memperhatikan setiap kata yang di ucapkan Lieazard dengan sebaik baik nya "Kemudian bagaimana kalian bisa mengerti perasaan musik yaitu dengan mengerti perasaan alat musik kalian, dan untuk mengerti itu kalian harus mengerti tentang diri kalian, itulah kunci nya"
"Mengerti diri kami?" tanya Nina
"Ya, jadilah diri kalian sendiri dan temukan Holocaust kalian sendiri dengan alat musik kalian" balas Lieazard
"Kalau bergitu" Liearra berdiri dan mengambil Harpa kecil milik nya sendiri bukan yang di berikan oleh Lieazard, kemudian ia memejam mata nya selama beberapa detik lalu memaikan nada nada Holocaust, dan dengan ajaib Harpa nya mulai memainkan nada yang indah, ia berhenti dan terkejut "Ini berkerja!" Sorak Liearra kemdian Noa dan Nina mengikuti yang di lakukan Liearra dengan Biola dan Saxophone mereka, tidak ada yang mengambil alat musik yang di berikan oleh Lieazard
Nigtro dan Lieazard tersenyum kemudian Lieazard mengambil alat musik yang sebelum nya ingin ia berikan, kini lantunan Holocaust secara ajaib bernyanyi dengan sangat indah, ke 3 Serarin itu tersenyum dengan sangat puas, keceriaan jelas tersirat di wajah mereka bayangan akan merebut tanah mereka kembali akan sangat dekat. malam itu tidak seperti biasa nya sebuah pesta kecil di adakan oleh penduduk desa bangsa Melophine semua nya bersuka cita dalam remang nya cahaya api unggun.
"Tidak lama lagi kita akan kembali ke Seraphine" ujar Lieazard "Kami para Melaphine akan ikut dalam peperangan bersama Serarin pelantun Holocaust, lawan kita kali ini bukan makluk langit maupun neraka mereka adalah manusia dari seberang hutan kunang kunang, bagaimana pun hutan dan tanah Seraphine harus di jaga, aku sebagai tetua di Melophine menyetus kan bahwa Melophine akan kembali melindungi para Serarin dan tanah Seraphine!!" sebuah pidato kecil dari Lieazard yang kemudian di sambut dengan sorak sorai pengunjung pesta. pesta itu benar benar meriah semua nya menikmati keadaan dalam pesta itu bahkan Noa pun ikut adu minum minuman keras yang di buat dari sari bunga dan tumbuh tumbuhan hutan kunang-kunang, namun itu tidak terjadi pada Liearra dan Nina
"Ada apa kalian berdua, bahkah kalian tidak menghabiskan apa yang kami sajikan" Suara Nigtro memecah bisu Liearra dan Nina
"Nigtro?" tanya Nina
"Kau fikir aku siapa?" Balas Nigtro ketus "kalian sudah menjadi pelantun Holocaust senjata sihir terkuat kaum kita apa yang kalian risaukan?" sambung nya
"Ini soal waktu" Sela Liearra "Walaupun kami sudah menguasai musik yang dapat mengembalikan semua nya kembali seperti semua tapi waktu yang kami habiskan disini cukup lama apakah akan baik baik saja? di tambah lagi kita belum juga menemukan Zira adik mu" tambah nya lagi
"Benar juga, aku jadi memikirkan bagaimana keadaan Zira di tangan para penipu itu" Geram Nigtro
"Nina ada apa? minuman mu tumpah apa kau melamun?" Liearra yang melihat Nina bertingkah aneh penasaran
"Ah tidak apa-apa aku hanya tidak sabar untuk pulang, aku yakin semua nya akan kembali seperti semula"
Ucapan Nina di beri anggukan manis oleh Nigtro dan Liearra, kemudian pesta Melophine semakin meriah, malam semakin larut, hanya dalam hitungan jam maka Holocaust akan di gunakan untuk membalik keadaan tanah Seraphine
-To be continue
Seraphine : Tanah Para Pemusik (Part 3)
Ini sudah empat hari sejak kedatangan para manusia ke tanah Seraphie, tidak ada yang terbunuh di sana, namun mereka yang selamat sama sekali tidak merasakan sedikitpun kebahagiaan ketika mata mereka di paksa untuk melihat tanah suci mereka hancur, dan tubuh mereka menjadi pelayan bagi manusia yang mereka takuti itu
Serarin, tidak lagi memainkan musik nya, Serarin tidak lagi bernyanyi untuk hutan Kunang-kunang, serarin kini hanya mayat hidup yang di gerogoti rasa sakit oleh tindasan para manusia
kemudian Liearra, Nina, Noa, dan seorang manusia yang bernama Nigtro berjalan memasuki kegelapan hutan kunang-kunang,walau mereka sedikit lega dapat keluar dari mimpi buruk yang terjadi begitu cepat hati mereka begitu pedih melihat apa yang di lakukan para manusia pada tanah mereka
"Sekali lagi kutanya apa perlu kita membawa mahluk ini? aku sama sekali tidak akan menyebut manusia itu tidak kejam lagi.. aku bersumpah demi para kunang kunang di hutan kunang kunang" Emosi Noa meluap luap, jelas saja beberapa menit seteleh ia mengatakan manusia itu tidak jahat tanah nya di hancur kan oleh para manusia yang ia bicarakan dan sekarang sudah beberapa hari berlalu dan ia malah bersama salah satu dari mereka
"Aku minta maaf, aku melakukan itu untuk adik ku Zira, ia di tawan oleh orang orang itu, mereka berjanji tidak akan membunuh nya jika aku menunjukan Seraphine, tapi aku tidak menyangka bahwa akan sampai seperti itu" Nigtro membalas ucapan Noa
"Cih, lalu? dan bagaimana pula kau bisa menembus hutan kunang kunang?" Sergah Noa
"Dengan ini" Nigtro menunjukan gelang berbatu hijau di tangan kiri nya "Ini adalah..." sambung nya namun kalimat nya di potong oleh Nina yang terkejut melihat gelang itu, dia sama sekali tidak memperhatikan nya
"I..itu gelang milik keluarga LackWood, bagaimana kau?
"LackWood?" Liearra bertanya bingung
"Ya, nama ku adalah Nigtro LackWood, ayah ku adalah seorang Serarin dan ibu ku adalah seorang manusia biasa, itulah kenapa aku bisa memasuki Seraphine"
"Kau jangan bercanda manusia!! siapa yang percaya bahwa kau adalah setengah Serarin? lagipula jika kau memang memiliki darah serarin kau harus nya tidak akan pernah menghianati kami" Tukas Noa memanas
"Noa" ucap Nina
"Maaf, sekali lagi aku hanya ingin menyelamatkan adik ku Zira dari kematian" Nigtro berlutut kepada 3 Serarin yang ada di depan nya
"Berdiri lah, siapa tadi nama mu? tidak usah seperti itu" Ujar Liearra namun Nigtro tidak menggerakan tubuh nya dari posisi itu, ia malah semakin menempelkan wajah nya pada tanah
"Biarkan saja dia Liearra" Noa semakin memanas
"Aku tau cara mengakhiri semua ini" ucap Nigtro
"Omong kosong"
"Apakah ada sebuah cara?" tanya Nina sebari melangkah mendekati Nigtro
"Ada, tapi hanya dengan kekuatan kalian lah Seraphine bisa selamat, karna itu maafkan aku" Nigtro memohon, tapi kali ini Nina yang tadi mendekati nya sudah ikut berlutut bersama nya
"O-oy Nina, apa yang kau lakukan?" Tanya Nao
"Jika ada suatu cara apa yang akan kita lakukan selain mencoba nya?" Jawab Liearra "Berdiri kalian berdua, ayo kita lihat apa yang di katakan oleh lelaki ini" sambung nya
"Cih, baiklah.. tapi ingat aku belum dapat mempercayainya.
Mereka ber empat berjalan melintasi hutan cukup jauh dengan di pimpin oleh Nigtro, di perjalanan ia menjelaskan bahwa di hutan kunang-kunang juga tinggal bangsa lain selain Serarin mereka juga mendiami tanah Seraphine saat dulu kala, namun perbedaan pemikiran membuat mereka memisahkan diri dari Serarin, mereka di sebut Melophine, mereka berbeda dengan Serarin yang memaikan musik, Melophine adalah bangsa yang menciptakan musik itu sendiri arti nya semua yang di mainkan oleh Serarin adalah hasil tangan Melophine
"Bagaimana kau bisa tau soal itu Nigtro?" Tanya Nina
"Ayah ku, aku pernah beberapa kali datang ke tempat Melophine bersama ayah ku, aku harap mereka masih menyambutku dengan baik"
"Omong kosong, Melophine sudah menghilang beberapa ratus tahun lalu, mana mungkin mereka masih ada" Noa menggerutu
"Kau akan berubah fikiran setelah melihat desa itu" ujar Nigtro dengan wajah tenang, seketika wajah Noa sedikit berubah, ia sebenar nya sudah sangat putus asa, namun ia benar benar tidak bisa bersikap wajar, dan mencoba berpenampilan kuat di hadapan 3 orang lain yang bersama nya.
Mereka berempat sudah memasuki gerbang desa, ternyata tidak terlalu baik seperti yang diharap kan oleh Nigtro keadaan di sana benar benar berbeda dari biasa nya, lalu seseorang menghampiri nya
"Tuan Nigtro sudah lama sekali" Ujar seseorang itu
"Hamou, apa yang terjadi pada desa ini" Tanya Nigtro
"Desa? penduduk desa mengetahui apa yang terjadi pada tanah seraphine dan kehilangan semangat nya" balas Hamou dengan wajah yang lemas dan sedikit kecewa
"Celaka.. bawa aku pada tuan Liezard, ada hal yang harus kita lakukan, kita tidak harus membiarkan Seraphine hancur"
Hamou pun mengangguk dan memimpin rombongan kecil Nigtro yang sedang kebingungan
"Tuan Lieazard!" Tanpa sedikit pun berfikir Nigtro langsung menyorobot masuk ke bangunan yang di tunjukan Hamou
"Nigtro, sebagai anggota keluarga LackWood, tunjukanlah sedikit rasa hormat mu pada ku" seseorang bertubuh renta berjalan dari arah sisi gelap ruang gelap di dalam bangunan itu "Aku tau apa yang ingin katakan, tapi kami hanya pembuat musik, kami tidak akan bisa melakukan apa apa jika tidak ada darah pemain musik Seraphine untuk menggunakan 'Holocaust'" sambung nya
"Kau tidak perlu berkata seperti itu!" ujar Nigtro "Aku bersama 3 orang Serarin di sini" sambung nya sebari memanggil Liearra,Nina dan Noa masuk, yang kemudian di sambut dengan wajah terkejut
"Tuan saya terkejut bertemu dengan bangsa sekutu kami Melophine, lalu apa itu Holocaust?" Tanya Liearra sopan sebari memberi hormat bersama Nina dan Noa
"Beritahu kami cara untuk menyelamatkan Seraphine jika memang ada, saya menyesal tidak mempercayai sesorang setengah Serarin ini, namun saya tidak akan memaafkan nya jika tanah kami tidak dapat di selamatkan" ujar Noa
"Aku tau soal itu anak muda Serarin, dia lah orang yang membawa para manusia ke Seraphine bukan?" Tukas Liearzard dengan tenang "aku juga tau soal Zira yang ia akan coba selamatkan, sejujur nya Zira adalah kunci nya, kunci untuk kembali mengunci Seraphine seperti beberapa ratus tahun lalu, namun untuk itu maka Holocaust harus di lantunkan, Holocaust adalah nyanyian dari musik Serarin yang di buat oleh Melophine untuk berperang dengan kata lain musik untuk membunuh"
Nina menelan ludah nya namun keyakinan nya telah membulat "Berikan musik itu pada kamu tuan tetua dari Melophine, sekutu Serarin"
-To be continue
Serarin, tidak lagi memainkan musik nya, Serarin tidak lagi bernyanyi untuk hutan Kunang-kunang, serarin kini hanya mayat hidup yang di gerogoti rasa sakit oleh tindasan para manusia
kemudian Liearra, Nina, Noa, dan seorang manusia yang bernama Nigtro berjalan memasuki kegelapan hutan kunang-kunang,walau mereka sedikit lega dapat keluar dari mimpi buruk yang terjadi begitu cepat hati mereka begitu pedih melihat apa yang di lakukan para manusia pada tanah mereka
"Sekali lagi kutanya apa perlu kita membawa mahluk ini? aku sama sekali tidak akan menyebut manusia itu tidak kejam lagi.. aku bersumpah demi para kunang kunang di hutan kunang kunang" Emosi Noa meluap luap, jelas saja beberapa menit seteleh ia mengatakan manusia itu tidak jahat tanah nya di hancur kan oleh para manusia yang ia bicarakan dan sekarang sudah beberapa hari berlalu dan ia malah bersama salah satu dari mereka
"Aku minta maaf, aku melakukan itu untuk adik ku Zira, ia di tawan oleh orang orang itu, mereka berjanji tidak akan membunuh nya jika aku menunjukan Seraphine, tapi aku tidak menyangka bahwa akan sampai seperti itu" Nigtro membalas ucapan Noa
"Cih, lalu? dan bagaimana pula kau bisa menembus hutan kunang kunang?" Sergah Noa
"Dengan ini" Nigtro menunjukan gelang berbatu hijau di tangan kiri nya "Ini adalah..." sambung nya namun kalimat nya di potong oleh Nina yang terkejut melihat gelang itu, dia sama sekali tidak memperhatikan nya
"I..itu gelang milik keluarga LackWood, bagaimana kau?
"LackWood?" Liearra bertanya bingung
"Ya, nama ku adalah Nigtro LackWood, ayah ku adalah seorang Serarin dan ibu ku adalah seorang manusia biasa, itulah kenapa aku bisa memasuki Seraphine"
"Kau jangan bercanda manusia!! siapa yang percaya bahwa kau adalah setengah Serarin? lagipula jika kau memang memiliki darah serarin kau harus nya tidak akan pernah menghianati kami" Tukas Noa memanas
"Noa" ucap Nina
"Maaf, sekali lagi aku hanya ingin menyelamatkan adik ku Zira dari kematian" Nigtro berlutut kepada 3 Serarin yang ada di depan nya
"Berdiri lah, siapa tadi nama mu? tidak usah seperti itu" Ujar Liearra namun Nigtro tidak menggerakan tubuh nya dari posisi itu, ia malah semakin menempelkan wajah nya pada tanah
"Biarkan saja dia Liearra" Noa semakin memanas
"Aku tau cara mengakhiri semua ini" ucap Nigtro
"Omong kosong"
"Apakah ada sebuah cara?" tanya Nina sebari melangkah mendekati Nigtro
"Ada, tapi hanya dengan kekuatan kalian lah Seraphine bisa selamat, karna itu maafkan aku" Nigtro memohon, tapi kali ini Nina yang tadi mendekati nya sudah ikut berlutut bersama nya
"O-oy Nina, apa yang kau lakukan?" Tanya Nao
"Jika ada suatu cara apa yang akan kita lakukan selain mencoba nya?" Jawab Liearra "Berdiri kalian berdua, ayo kita lihat apa yang di katakan oleh lelaki ini" sambung nya
"Cih, baiklah.. tapi ingat aku belum dapat mempercayainya.
Mereka ber empat berjalan melintasi hutan cukup jauh dengan di pimpin oleh Nigtro, di perjalanan ia menjelaskan bahwa di hutan kunang-kunang juga tinggal bangsa lain selain Serarin mereka juga mendiami tanah Seraphine saat dulu kala, namun perbedaan pemikiran membuat mereka memisahkan diri dari Serarin, mereka di sebut Melophine, mereka berbeda dengan Serarin yang memaikan musik, Melophine adalah bangsa yang menciptakan musik itu sendiri arti nya semua yang di mainkan oleh Serarin adalah hasil tangan Melophine
"Bagaimana kau bisa tau soal itu Nigtro?" Tanya Nina
"Ayah ku, aku pernah beberapa kali datang ke tempat Melophine bersama ayah ku, aku harap mereka masih menyambutku dengan baik"
"Omong kosong, Melophine sudah menghilang beberapa ratus tahun lalu, mana mungkin mereka masih ada" Noa menggerutu
"Kau akan berubah fikiran setelah melihat desa itu" ujar Nigtro dengan wajah tenang, seketika wajah Noa sedikit berubah, ia sebenar nya sudah sangat putus asa, namun ia benar benar tidak bisa bersikap wajar, dan mencoba berpenampilan kuat di hadapan 3 orang lain yang bersama nya.
Mereka berempat sudah memasuki gerbang desa, ternyata tidak terlalu baik seperti yang diharap kan oleh Nigtro keadaan di sana benar benar berbeda dari biasa nya, lalu seseorang menghampiri nya
"Tuan Nigtro sudah lama sekali" Ujar seseorang itu
"Hamou, apa yang terjadi pada desa ini" Tanya Nigtro
"Desa? penduduk desa mengetahui apa yang terjadi pada tanah seraphine dan kehilangan semangat nya" balas Hamou dengan wajah yang lemas dan sedikit kecewa
"Celaka.. bawa aku pada tuan Liezard, ada hal yang harus kita lakukan, kita tidak harus membiarkan Seraphine hancur"
Hamou pun mengangguk dan memimpin rombongan kecil Nigtro yang sedang kebingungan
"Tuan Lieazard!" Tanpa sedikit pun berfikir Nigtro langsung menyorobot masuk ke bangunan yang di tunjukan Hamou
"Nigtro, sebagai anggota keluarga LackWood, tunjukanlah sedikit rasa hormat mu pada ku" seseorang bertubuh renta berjalan dari arah sisi gelap ruang gelap di dalam bangunan itu "Aku tau apa yang ingin katakan, tapi kami hanya pembuat musik, kami tidak akan bisa melakukan apa apa jika tidak ada darah pemain musik Seraphine untuk menggunakan 'Holocaust'" sambung nya
"Kau tidak perlu berkata seperti itu!" ujar Nigtro "Aku bersama 3 orang Serarin di sini" sambung nya sebari memanggil Liearra,Nina dan Noa masuk, yang kemudian di sambut dengan wajah terkejut
"Tuan saya terkejut bertemu dengan bangsa sekutu kami Melophine, lalu apa itu Holocaust?" Tanya Liearra sopan sebari memberi hormat bersama Nina dan Noa
"Beritahu kami cara untuk menyelamatkan Seraphine jika memang ada, saya menyesal tidak mempercayai sesorang setengah Serarin ini, namun saya tidak akan memaafkan nya jika tanah kami tidak dapat di selamatkan" ujar Noa
"Aku tau soal itu anak muda Serarin, dia lah orang yang membawa para manusia ke Seraphine bukan?" Tukas Liearzard dengan tenang "aku juga tau soal Zira yang ia akan coba selamatkan, sejujur nya Zira adalah kunci nya, kunci untuk kembali mengunci Seraphine seperti beberapa ratus tahun lalu, namun untuk itu maka Holocaust harus di lantunkan, Holocaust adalah nyanyian dari musik Serarin yang di buat oleh Melophine untuk berperang dengan kata lain musik untuk membunuh"
Nina menelan ludah nya namun keyakinan nya telah membulat "Berikan musik itu pada kamu tuan tetua dari Melophine, sekutu Serarin"
-To be continue
Seraphine : Tanah Para Pemusik (Part 2)
Dari dedebuan itu seorang lelaki muncul dan berteriak-teriak tidak karuan, dari apa yang dia ucapkan para Serarin tau bahwa pria itu adalah seorang pria yang jahat, pada dasar nya Serarin adalah sekelompok ras manusia yang tidak di akui karna menikahi seorang wanita Goib dan kemudian leluhur mereka mengasingkan diri ke balik hutan kunang kunang, denga membawa segala macam pengetahuan dari dunia luar dan segala kebencian yang menyelimuti hati leluhur mereka lahir lah bangsa Serarin yang bukan lain adalah bangsa Half Elf, ras campuran antara manusia dan Elf
"Huuu, indah sekali! siapa tuan disini? aku ingin menemui nya!!" salah seorang manusia itu berteriak
"Apa urusan mu kemari wahai manusia? dengan cara mu merusak hutan kunang-kunang untuk masuk kemari itu bukan lah cara yang dapat di maafkan" lelaki tua bernama Loa membuka suara, di belakang nya berjalan beriringan Noa, Lieara, dan Nina, seketika itu kepanikan di Seraphine mendadak menjadi sebuah kesuyian, para Serarin yang tadi berlarian kini mereka menyaksikan tetua mereka sedang berbicara dengan mahluk yang paling mereka takuti
"Ternyata, aku sempat terkejut bahwa kalian adalah manusia, buruk sekali" Gumam Noa kecil
"sst Noa jaga bicara mu, kau tidak ingin menyulut perkelahian kan?" tepis Nina
"Nina..." Noa tidak lagi berniat meneruskan kalimat nya ketika seorang manusia yang lain nya berkumpul mendekati mereka
"Katakan apa kehendak kalian wahai manusia" Ujar Lieara menjernihkan suasana
Salah seorang dari manusia itu tersenyum bengis bagaikan se'ekor serigala yang mendapatkan tumpukan kelici salju "Tempat ini! dan para perkerja geratis, di tambah lagi wanita-wanita cantik untuk menemani kami tidur HAHAHA"
"Apa?" Noa hampir saja memukul salah satu manusia itu namun tangan nya di hentikan oleh Loa "Noa anak ku, tenang kan hati mu, ini bukan cara untuk bermain di dalam kolam lumpur.. kau dengan hutan kunang-kunang menangis, jangan kau biarkan para Serarin yang ada di sini maupun para leluhur kita turut menangis"
Noa menundukan diri nya, berusaha membuat emosi nya teredam, namun seperti nya itu bukan waktu yang tepat, para manusia yang jumlah nya semakin bertambah bermunculan dari arah benda benda asing yang menembus hutan kunang-kunang, mereka membawa tali, pasak, pedang, dan beberapa benda yang mencurigakan lain nya
"o-oy apa yang akan kalian perbuat?" seseronga bernama Nigtro muncul dari arah kumpulan manusia itu
"Haha tenang lah Nigtro, terimakasih sudah memberikan jalan untuk menemukan tempat seindah ini, kau akan mendapat bagian besar, dan diam saja kau disitu"
"Tidak, bukankah kalian akan membebaskan ku jika menunjukan tempat ini? bukan kah kalian hanya ingin melihat tempat ini?"
"Seperti nya fikiran kami berubah Haha"
"Tidak! hentikan" Nigtro berlari berusaha menghentikan sesama manusia nya itu namun pukulan demi pukulan yang ia dapatkan di tubuh nya
"Jangan buat ku marah!aku pemimpin disini, bukan kau! cih pergi kau bersama mereka, akan kujadikan budak-budak untuk proyek ku" orang itu menendang Nigtro dengan keras, ia terpental cukup jauh, kemudian tergeletak pingsan di depan Lieara dan yang lain
"Apa-apaan ini?" Noa benar-benar sudah melampaui batas kesabaran nya
"Banyak bicara akan membuang waktu! anak buah ku, tanggkap meraka! jadi kan meraka budak-budak kita" Ketua dari orang-orang itu memerintah, lalau orang-orang di belakang nya segera berlarian mengejar para Serarin yang juga kalang kabut berlari kesana kemari mencobe membebas kan diri tentu saja Noa, Lieara dan Nina juga ikut menyelamatkan diri
Seraphine yang damai berubah menjadi sesuatu yang mengerikan, satu persatu para Serarin tertangkap dan di perlakukan seperti biasa, mereka memang lemah tampa musik mereka, musik bagi para Serarin adalah suatu bahasa sihir yang mengendalikan alam sekitar, mereka tidak bisa lari jauh dari desa mereka sebelum akhir nya mereka juga tertangkap oleh orang orang itu
"Apa apaan ini? kita? Serarin pemilik Seraphine harus bersembunyi seperti kucing?" Gumam Noa, ia sedang bersembunyi di salah satu tempat di desa itu
"Ssst Noa, kali ini kau harus benar-benar mengendalikan emosi mu" Balas Nina
"Bukan itu yang jadi masalah, masalah nya kenapa manusia ini harus ku bawa juga? hey Lieara!"
Lieara menoleh pelan ke arah Noa, wajah nya terlihat sangat sedih bercampur marah "Lelaki ini berbeda, siapa yang kira dia dapat membantu para manusia itu menemukan Seraphine? aku yakin dia juga seorang Serarin" ucap Lieara pelan
"jangan bercanda!!" Noa naik pitam, ia sudah sama sekali menyesali kekagumanya pada manusia
"Noa hentikan, kalau kau begitu terus maka kita juga akan celaka! ingat yang di katakan kake Loa? kita tidak boleh tertangkap, kita yang akan menyelesaikan masalah ini, kita yang akan mengusir mereka! sampai kita tau cara nya kita tidak bisa tertangkap"
Mereka bertiga saling bertatap tajam
-To be continue
Seraphine : Tanah para pemusik (Part 1)
Di seubah benua dikatakana ada sebuah tanah yang tak pernah dapat tertembus apapun, tanah itu sangat terjaga, pernah suatu ketika seorang pengelana yang terkenal akan kemampuan nya menjelajah berjalan menelurusi sebuah tempat yang di sebut hutan "Kunang-kunang", sebuah hutan yang di katakan sebagai gerbang atau jalan mulu untuk bertemu para "Serarin" pemusik penghuni tanah "Seraphine"
Suara musik terdengar indah pagi itu, bukan hal yang asing di tanah Seraphine, semua penghuni desa itu adalah ahli dalam seni keindahan terutama Musik, mereka bermusik dengan asli dan indah.
Dari sini lain, segerombolan wanita mengayun kan melody-melody dari gesekan-gesekan biola, mereka mengenakan pakaian gaun cantik berwarna hitam berbaur dengan warna putih, di iringi peniup flut dengan seragam mereka bermain bagaikan orkesra besar yang sangat megah, lalu muncul beberapa pemegang alat lain, baik laki-laki maupun perempuan mereka bermelody indah, walau pagi baru saja mengetuk mereka.
Ya itu adalah sambutan untuk "Ra" dari mereka, para Serarin, sebuah ritual pagi yang penuh keindahan
Keindahan bukan selalu menjadi hal yang akan terus mereka jaga, di luar sana banyak pihak yang mendengar rumor menarik tentang mereka para Serarin di antara nya bahkan ada yang hampir mencapai tanah itu, namun dengan musik juga mereka menyihir para pendatang agar tak pernah menemukan mereka
Mereka begitu takut dengan dunia luar, ribuan tahun tidak berinteraksi dengan dunia luar membuat mereka benar-benar takut ada yang mencemari tanah suci mereka
Sampai tiba nya hari dimana musik tak mampu lagi menyesatkan para penjelajah.
"Pagi Nina, seperti nya pagi ini tidak seperti biasa nya" suara gadis cantik bernama Lieara mengejutkan lamunan Nina
"Ah kau Lieara. ya seperti nya begitu "Ra" tidak bahagia pagi ini" Balas gadis bernama Nina, mereka adalah salah satu dari Sesarin pemusik
"Jika terus begini mungkin akan ada yang terjadi pada hutan Kunang-kunang"
"Aku harap tidak akan ada yang terjadi, kau dengar soal manusia? di luar sana, di luar sana ada mahluk bernama manusia yang kabar nya mereka adalah mahluk yang rela membunuh ibu nya hanya untuk mendapat segelas air" terang Nina pada Lieara
"Begitu kah? itu buruk sekali" Lieara terlihat cukup khawatir, sudah beberapa hari ini musik yang merka mainkan tidak semerdu biasa nya, itu bukan suatu yang indah untuk para Serarin, karna itu adalah salah satu pertanda yang buruk untuk mereka, saat para Sesarin tak lagi memaikan musik itulah akhir dari mereka
"Semoga" jawab Nina
"hutan kunang-kunang adalah satu-satu nya pemisah kita dari dunia, tanpa nya mungkin kita sudah menjadi hidangan penutup untuk manusia" Lelaki bernama Noa ikut bergabung dengan dua gadis yang sedang terlihat khawatir
"Noa, kau membuat ku semakin khwatir" jerit Lieara "kau tau aku tidak bisa tidur nyenyak beberapa hari ini karna khawatir" tamnah nya lagi
"Haha, siapa yang tau, dari kita semua siapa yang sudah bertemu dengan manusia selain tuan Loa?, sejujur nya aku tidak terlalu mempercayai soal manusia yang ia katakan.. dan jujur saja aku ingin bertemu denga mereka. kalau saja hutan kunang-kunang tak membuat ku selalu kembali ke sini" dengan raut kesal Noa berujar
"Bicara apa kau? ini untuk kalian" seseorang datang dan memberikan buah-buahan segar pada mereka bertiga
"Ah tuan Loa" Nina terkejut dan kemudian memberikan sebuah hormat pada orang itu
"Tuan Loa" Lieara ikut memberi salam
Loa, adalah seroang tetua di desa itu, siapapun yang mengenalnya akan menundukan kepala di hadapan nya, dia adalah satu-satu nya orang yang dapat keluar dari hutan kunang-kunang dan bertemu dengan manusia
"Noa, aku mengerti kau adalah seorang sesarin yang penuh rasa ingin tau, kau benar dengan apa yang ada di kepala mu tentang tidak semua manusia itu kejam seperti yang selalu ku ceritakan, tapi menusia yang seperti itu akan sulit di temukan" Dengan bijak seorang bernama Loa itu bicara
"Lihat setidak nya aku benar akan satu hal.. haha" ujar Noa kegirangan
"Hehehehe benar juga, bahkan kau tidak mengatakan itu tadi" Sindir Lieara
"Desa kita ini adalah desa suci para dewa, kita tidak bisa membiarkan apapun merusak nya" Loa kembali berbicara
"Benar tuan, tapi hutan kunang-kunang terasa aneh, musik yang kami lantunkan seakan tidak bisa mencapai nya" Ujar Nina resah
"Kalian tau, jika manusia menemukand desa indah kita akan menjadi balok balok sebuah bangunan yang akan di huni manusia, semua alam kita akan rusak, tidak akan ada lagi air bening yang terasa dingin di sini, tidak akan adalagi musik untuk kita nikmati, tidak akan ada lagi wangi bunga di desa kita hanya bau busuk yang akan tercium, kedamaian akan lenyap dan kita para Serarin hanya akan menjadi budak para manusia"
"Seburuk itu kah tuan Loa?" Tanya Noa, kali ini ia mulai khawatir
"Mungkin akan lebih buruk lagi, walau manusia itu pintar dan hebat namun rasa serakahnya tidak pernah ada habis nya, mereka selalu mencari apapun yang akan membuat mereka senang"
"Tuan Loa, apa kau mendengar sesuatu yang asing?" Tanya Lieara
"Ini suara yang asing" ujanr Nina
"Aku baru saja mengatakan nya tadi" Loa menjawab dingin, asap hitam mengepul di tangin desa itu, hutan kunang-kunang hancur, dan benda-benda besar yang terbuat dari besi pun bermunculan, lalu di susul dengan segerombolan manusia
"Benar, desa ini sangat indah.. mari kita buat lebih indah dari ini dan hasilkan uang... HAHAHAHA" manusia itu terbahak puas, bertahun tahun tidak ada yang dapat menyentuk Seraphine, tapi sekarang bahkan hutan kunang-kunang pun telah hancur.
"Tidak mungkin" Lieara histeris. apakah ini akhir dari para Serarin?
-To be continue
Suara musik terdengar indah pagi itu, bukan hal yang asing di tanah Seraphine, semua penghuni desa itu adalah ahli dalam seni keindahan terutama Musik, mereka bermusik dengan asli dan indah.
Dari sini lain, segerombolan wanita mengayun kan melody-melody dari gesekan-gesekan biola, mereka mengenakan pakaian gaun cantik berwarna hitam berbaur dengan warna putih, di iringi peniup flut dengan seragam mereka bermain bagaikan orkesra besar yang sangat megah, lalu muncul beberapa pemegang alat lain, baik laki-laki maupun perempuan mereka bermelody indah, walau pagi baru saja mengetuk mereka.
Ya itu adalah sambutan untuk "Ra" dari mereka, para Serarin, sebuah ritual pagi yang penuh keindahan
Keindahan bukan selalu menjadi hal yang akan terus mereka jaga, di luar sana banyak pihak yang mendengar rumor menarik tentang mereka para Serarin di antara nya bahkan ada yang hampir mencapai tanah itu, namun dengan musik juga mereka menyihir para pendatang agar tak pernah menemukan mereka
Mereka begitu takut dengan dunia luar, ribuan tahun tidak berinteraksi dengan dunia luar membuat mereka benar-benar takut ada yang mencemari tanah suci mereka
Sampai tiba nya hari dimana musik tak mampu lagi menyesatkan para penjelajah.
"Pagi Nina, seperti nya pagi ini tidak seperti biasa nya" suara gadis cantik bernama Lieara mengejutkan lamunan Nina
"Ah kau Lieara. ya seperti nya begitu "Ra" tidak bahagia pagi ini" Balas gadis bernama Nina, mereka adalah salah satu dari Sesarin pemusik
"Jika terus begini mungkin akan ada yang terjadi pada hutan Kunang-kunang"
"Aku harap tidak akan ada yang terjadi, kau dengar soal manusia? di luar sana, di luar sana ada mahluk bernama manusia yang kabar nya mereka adalah mahluk yang rela membunuh ibu nya hanya untuk mendapat segelas air" terang Nina pada Lieara
"Begitu kah? itu buruk sekali" Lieara terlihat cukup khawatir, sudah beberapa hari ini musik yang merka mainkan tidak semerdu biasa nya, itu bukan suatu yang indah untuk para Serarin, karna itu adalah salah satu pertanda yang buruk untuk mereka, saat para Sesarin tak lagi memaikan musik itulah akhir dari mereka
"Semoga" jawab Nina
"hutan kunang-kunang adalah satu-satu nya pemisah kita dari dunia, tanpa nya mungkin kita sudah menjadi hidangan penutup untuk manusia" Lelaki bernama Noa ikut bergabung dengan dua gadis yang sedang terlihat khawatir
"Noa, kau membuat ku semakin khwatir" jerit Lieara "kau tau aku tidak bisa tidur nyenyak beberapa hari ini karna khawatir" tamnah nya lagi
"Haha, siapa yang tau, dari kita semua siapa yang sudah bertemu dengan manusia selain tuan Loa?, sejujur nya aku tidak terlalu mempercayai soal manusia yang ia katakan.. dan jujur saja aku ingin bertemu denga mereka. kalau saja hutan kunang-kunang tak membuat ku selalu kembali ke sini" dengan raut kesal Noa berujar
"Bicara apa kau? ini untuk kalian" seseorang datang dan memberikan buah-buahan segar pada mereka bertiga
"Ah tuan Loa" Nina terkejut dan kemudian memberikan sebuah hormat pada orang itu
"Tuan Loa" Lieara ikut memberi salam
Loa, adalah seroang tetua di desa itu, siapapun yang mengenalnya akan menundukan kepala di hadapan nya, dia adalah satu-satu nya orang yang dapat keluar dari hutan kunang-kunang dan bertemu dengan manusia
"Noa, aku mengerti kau adalah seorang sesarin yang penuh rasa ingin tau, kau benar dengan apa yang ada di kepala mu tentang tidak semua manusia itu kejam seperti yang selalu ku ceritakan, tapi menusia yang seperti itu akan sulit di temukan" Dengan bijak seorang bernama Loa itu bicara
"Lihat setidak nya aku benar akan satu hal.. haha" ujar Noa kegirangan
"Hehehehe benar juga, bahkan kau tidak mengatakan itu tadi" Sindir Lieara
"Desa kita ini adalah desa suci para dewa, kita tidak bisa membiarkan apapun merusak nya" Loa kembali berbicara
"Benar tuan, tapi hutan kunang-kunang terasa aneh, musik yang kami lantunkan seakan tidak bisa mencapai nya" Ujar Nina resah
"Kalian tau, jika manusia menemukand desa indah kita akan menjadi balok balok sebuah bangunan yang akan di huni manusia, semua alam kita akan rusak, tidak akan ada lagi air bening yang terasa dingin di sini, tidak akan adalagi musik untuk kita nikmati, tidak akan ada lagi wangi bunga di desa kita hanya bau busuk yang akan tercium, kedamaian akan lenyap dan kita para Serarin hanya akan menjadi budak para manusia"
"Seburuk itu kah tuan Loa?" Tanya Noa, kali ini ia mulai khawatir
"Mungkin akan lebih buruk lagi, walau manusia itu pintar dan hebat namun rasa serakahnya tidak pernah ada habis nya, mereka selalu mencari apapun yang akan membuat mereka senang"
"Tuan Loa, apa kau mendengar sesuatu yang asing?" Tanya Lieara
"Ini suara yang asing" ujanr Nina
"Aku baru saja mengatakan nya tadi" Loa menjawab dingin, asap hitam mengepul di tangin desa itu, hutan kunang-kunang hancur, dan benda-benda besar yang terbuat dari besi pun bermunculan, lalu di susul dengan segerombolan manusia
"Benar, desa ini sangat indah.. mari kita buat lebih indah dari ini dan hasilkan uang... HAHAHAHA" manusia itu terbahak puas, bertahun tahun tidak ada yang dapat menyentuk Seraphine, tapi sekarang bahkan hutan kunang-kunang pun telah hancur.
"Tidak mungkin" Lieara histeris. apakah ini akhir dari para Serarin?
-To be continue